ECB dan BOE Siap Naikkan Suku Bunga, Rupiah Apa Kabar?

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
12 May 2022 12:28
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia- Kurs rupiah menguat terhadap poundsterling dan stagnan terhadap euro pada perdagangan hari ini, Kamis (12/5/2022). Namun, rupiah terkoreksi terhadap dolar franc swiss. Padahal, kemarin Mata Uang Garuda berhasil juara di Benua Biru. 

Melansir Refinitiv, pukul 11:45 WIB, rupiah bergerak stagnan terhadap euro ke Rp 15.295/EUR. Sementara itu, poundsterling terkoreksi terhadap rupiah 0,17% di Rp 17.798,99/GBP.

Meski begitu, dolar franc swiss berhasil menguat terhadap Mata Uang Tanah Air sebesar 0,03% ke Rp 14.637,94/CHF.

Tren bank sentral dunia untuk menekan tsunami inflasi dengan menaikkan suku bunga acuannya, tampaknya juga berlaku pada Bank of England (BOE).

BOE telah menaikkan suku bunga acuannya empat kali sejak Desember menjadi 1% dan menjadi level tertinggi sejak 2009, tapi peluang inflasi yang melonjak ke level 10% pada akhir tahun ini masih tinggi.

Adam Posen, pejabat Komite Kebijakan Moneter (MPC) BOE menyatakan pandangannya pada tingkat bunga normal yang naik setidaknya 250-300 basis poin. Jika benar, artinya suku bunga akan berada di level kisaran 3,5%-4%, jauh di atas perkiraan pasar yang hanya di 2,5% pada tahun 2023.

Dia juga memprediksikan pertumbuhan ekonomi Inggris akan melambat, tapi bukan karena melonjaknya harga energi ataupun hambatan pada rantai pasokan seperti yang diperkirakan oleh Dana Moneter Internasional (IMF), melainkan karena Brexit.

Tidak hanya BOE, bank sentral Eropa (ECB) juga telah memperkuat ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan pada Juli untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade untuk memerangi rekor inflasi.

Kemarin, Presiden ECB Christine Lagarde akhirnya mendukung para pejabat ECB yang menuntut kenaikan suku bunga pada beberapa pekan yang lalu. Lagarde mengatakan bahwa ECB akan mengakhiri program stimulusnya di awal kuartal ketiga yang diikuti oleh kenaikan suku bunga yang bisa saja terjadi di beberapa pekan kemudian.

"Kenaikan suku bunga pertama, yang diinformasikan oleh panduan ke depan ECB tentang suku bunga, akan terjadi beberapa saat setelah akhir pembelian aset bersih ... (dan) ini bisa berarti periode hanya beberapa minggu." tambahnya dikutip dari Reuters.

Lantas, bagaimana dengan Bank Indonesia?

Pada awal pekan ini Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis angka inflasi Indonesia bulan April yang melesat ke level 3,47% secara tahunan dan menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2019. Inflasi tahunan tersebut semakin mendekati target BI yang berada di kisaran 2-4%.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo memastikan reaksi kebijakan BI akan sangat bergantung pada penyebab inflasi, serta BI akan melakukan sejumlah upaya untuk meredam inflasi, termasuk dengan memperkuat kerja sama dengan pemerintah.

"BI terus memonitor resiko inflasi ke depan, besaran dan timing dari respons kebijakan moneter akan tergantung pada faktor-faktor penyebab inflasi. Jika tekanan inflasi, khususnya inflasi inti, dipandang permanen dan akan melampaui sasaran, BI siap mengambil langkah-langkah berikutnya termasuk penyesuaian suku bunga," tutur Dody, kepada CNBC Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Eropa Diprediksi Melambat, Tapi Euro Cs Masih Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular