
Rupiah Masih Bertenaga di Eropa, Ini Penyebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil berjaya terhadap poundsterling dan dolar franc swiss pada perdagangan hari ini, Senin (9/5/2022). Namun, Mata Uang Garuda bergerak stagnan terhadap euro. Apa pemicunya?
Melansir Refinitiv, pukul 11:20 WIB, poundsterling terkoreksi terhadap rupiah 0,22% di Rp 17.882,48/GBP dan dolar franc swiss melemah cukup tajam terhadap Mata Uang Tanah Air sebesar 0,41% ke Rp 14.656,22/CHF.
Sementara itu, euro terhadap rupiah bergerak stagnan dan berakhir di Rp 15.288/EUR.
Dari sisi fundamentalnya, pejabat bank sentral Eropa (ECB) Robert Holzmann memberikan pernyataan yang hawkish pada Sabtu (7/5), bahwa ECB harus menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini untuk memerangi inflasi.
"Saya kira paling tidak ada dua atau tiga langkah. Ini bisa lebih kecil, masing-masing 0,25 poin persentase. Jika ini terjadi pada Desember, itu akan berdampak suku bunga deposito bank tahun 2023, yang sekarang minus 0,5 persen, maka akan berada di wilayah positif," tambahnya yang dikutip dari Reuters.
Di wilayah Inggris, sentimen negatif masih berhembus kencang, di mana Inggris diprediksikan akan dihadapkan dengan inflasi sebanyak 10% tahun ini dan resesi hingga tahun 2023 dipicu oleh keperkasaan indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang berdampak pada ekonomi Inggris.
Poundsterling telah melemah terhadap dolar AS sejak Januari lalu sebanyak 8,8%, sehingga membebani ekonomi Inggris karena tagihan energi dan komoditas yang dihargakan dalam dolar.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini telah mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2022. Kepala BPS Margo Yuwono melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah Rp 4.513 triliun yang tumbuh 5,01% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Hal tersebut dipicu oleh membaiknya perekonomian global, khususnya mitra dagang utama Indonesia. Tidak hanya itu, kenaikan harga komoditas internasional memberikan dampak positif bagi ekspor Indonesia, terlihat pada neraca dagang surplus sampai US$ 9,33 miliar.
Membaiknya ekonomi juga ditandai dengan peningkatan aktivitas masyarakat seiring dengan semakin rendahnya penyebaran kasus Covid-19. Bahkan Google Mobility Indeks menunjukkan pergerakan masyarakat tertinggi sepanjang pandemi Covid-19. Ini memberikan dampak positif terhadap konsumsi rumah tangga dan investasi.
Tingkat pengangguran di Indonesia sebanyak 8,4 juta orang, menurun dari Februari 2021 di 8,75 juta orang. Secara persentase, tingkat pengangguran di Februari 2022 mencapai 5,83%.
Namun, inflasi April berada di 0,95% secara bulanan dan menjadi rekor tertinggi sejak Januari 2017. Angka tersebut melampaui ekspektasi konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan hanya di 0,85% secara bulanan dan perkiraan secara tahunan hanya di 3,4%.
Rilis data ekonomi dari dalam negeri yang terbilang baik, mendorong performa rupiah berjaya di Benua Biru.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joss! Rupiah Berjaya Dua Hari Beruntun di Eropa