Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan bos Tesla, Elon Musk. Pertemuan ini terungkap melalui unggahan Instagram milik Pandu Sjahrir, @pandusjahrir.
Sebelumnya sudah beberapa kali diberitakan bahwa Luhut telah melakukan pertemuan dengan Bos Tesla membahas program hilirisasi nikel mulai dari pengembangan industri baterai hingga adaptasi secara luas pada kendaraan listrik.
Bulan lalu, Luhut menyebut bahwa ia menerima telepon dari Austin, Texas - kediaman Elon - dan mengungkapkan bahwa orang terkaya dunia tersebut mau membuat kesepakatan yang sempat batal dua tahun lalu.
Meskipun kecewa dengan sikap pihak Tesla dua tahun lalu, Luhut mempersilakan Tesla untuk berinvestasi dalam produksi baterai lithium di tanah air. Namun ia mempertegas bahwa "kali ini berbeda, [posisi] kita harus sama," lalu menambahkan bahwa Indonesia bukanlah "banana republic."
Membuktikan bahwa kondisi telah berbeda dari sebelumnya, Luhut mengatakan kalau Indonesia sudah ada kesepakatan dengan perusahaan China CATL (Contemporary Amperex Technology Co. Limited) dan perusahaan Korea Selatan LG.
"Dua-dua ini sekarang menguasaiĀ hampir 55% baterai lithium dunia. Dan Indonesia tahun 2024 akan produksi lithium baterai, 2025-2026 kita mungkin kalau tidak nomor satu, nomor dua, produksi baterai lithium," ujar Luhut dalam acara Penyerahan Rekor MURI di Nusa Bali tanggal 24 Maret lalu.
Dalam kesempatan itu ia juga menyebut bahwa ia tidak mau pihak Elon Musk mendikte kontrak, melainkan semuanya harus datang dari pihak Indonesia dan mengaku hal itu "yang [pihak Luhut] lakukan kepada Tiongkok."
Ditelepon Jokowi dan Luhut, Dulu Tesla Malah Kabur
Akhir tahun 2020 lalu Presiden Joko Widodo bersama Menteri Luhut menelepon CEO Tesla Elon Musk mendiskusikan potensi peluang investasi di perusahaan mobil listrik di Indonesia.
Kala itu, kedua belah pihak bertukar pandangan mengenai industri mobil listrik dan komponen utama baterai listrik. Selain itu, Presiden RI Joko Widodo juga mengajak Tesla untuk melihat Indonesia sebagai launching pad Space X.
CEO Tesla Elon Musk menanggapi undangan Presiden RI Joko Widodo dengan rencana mengirimkan timnya ke Indonesia pada bulan Januari 2021 untuk menjajaki semua peluang kerja sama tersebut.
Perjuangan mendatangkan Tesla bukanlah melawan kotak kosong, beberapa negara lain juga secara diam-diam diisukan ikut membidik investasi Tesla, salah satunya Thailand.
Laporan Bangkok Post, berjudul EV trade-in scheme being considered mengungkapkan soal kabar bahwa Menteri Perindustrian (Menperin) Thailand Suriya Jungrungreangkit menyampaikan Tesla berencana segera bertemu dengan Kementerian Perindustrian Thailand untuk membahas investasi dalam kendaraan listrik dan teknologi kendaraan listrik hibrida plug-in di Thailand.
Berbekal cadangan dan produksi nikel terbesar di dunia sebagai komponen utama baterai mobil listrik, Indonesia yang berupaya terus membangun ekosistem, tentu optimis mampu mendatangkan investor asing.
Namun tidak lama setelahnya datang kabar yang mengejutkan. Tesla disebut bakal membangun pabrik di India, tepatnya di bagian Selatan yaitu di wilayah yang bernama Karnataka, setelah pada 8 Januari 2021, perusahaan manufaktur mobil listrik itu mendirikan Tesla India Motors and Energy Private Limited.
Terkait belum terealisasinya investasi di Indonesia, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves mengatakan bahwa ada perjanjian yang tidak bisa diungkapkan atau Non-Disclosure Agreement (NDA). Hanya saja, Seto juga mengatakan bahwa pemerintah telah menerima proposal investasi Tesla yang kemungkinan berinvestasi di bidang sistem penyimpanan energi atau energy storage system (ESS).
ESS ini seperti 'power bank' dengan giga baterai skala besar yang bisa menyimpan tenaga listrik besar hingga puluhan mega watt, bahkan hingga 100 MW untuk stabilisator atau untuk pengganti sebagai pembangkit peaker (penopang beban puncak).
Salah satu negara tujuan yang dilirik oleh bos Tesla memanglah India. Sebenarnya lirikan Elon Musk ke India bukan tanpa alasan. Negeri Bollywood digadang-gadang bakal menjadi pasar besar untuk Tesla.
Sebuah proyeksi menyebutkan bahwa India berpotensi berkontribusi sebesar 10% dari total permintaan Tesla dalam 10 tahun ke depan. Impian India untuk terus mengurangi emisi karbon juga menjadi peluang yang menarik.
Meski India sudah mencuri start balapan, akan tetapi hingga saat ini belum ada tindakan nyata Tesla di India - selain pendirian entitas - dengan Elon Musk awal tahun ini mengatakan dalam cuitan bahwa pihaknya masih menghadapi banyak tantangan dari pemerintah setempat.
Tidak hanya melarikan diri ke India, Tesla juga lebih memilih Australia daripada Indonesia. Sekitar tujuh bulan setelah percakapan Presiden Jokowi dan Elon Musk, pada Juli tahun lalu Tesla malah melakukan kesepakatan dengan perusahaan tambang nikel Australia. BHP pada 22 Juli 2021 mengatakan bahwa pihaknya telah mencapai kesepakatan untuk menyediakan pasokan nikel untuk Tesla.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Tesla akan mengunci pasokan nikel dari sebuah tambang di Australia Barat, salah satu sumber nikel terbesar di dunia.
Meski belum ada kejelasan investasi dari Tesla - kecuali kontrak NDA - pemerintah memilih untuk maju terus dengan segala sumber daya yang dimiliki.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akhir Maret lalu mengumumkan pendirian Indonesia Battery Holding (IBH) yang bernama lengkap Indonesia Battery Corporation (IBC) yang dibentuk untuk mengelola industri baterai terintegrasi dari hulu sampai ke hilir di Tanah Air.
Perusahaan holding ini terdiri dari empat perusahaan BUMN antara lain PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)/Inalum alias MIND ID, yang terdiri atas PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero).
Pihak Kementerian BUMN menyebut bahwa IBC akan memayungi rantai pasok dari industri baterai yang sangat panjang, mulai dari pertambangan, smelter, pembuatan pabrik prekursor, dan lainnya.
Antam dan MIND IDE akan bergerak di hulu dan menunggu di hilir ada Pertamina serta PLN. Kala itu pihak Kementerian BUMN juga menyebut bahwa holding yang sudah dibentuk ini bisa melakukan kerja sama dengan calon mitra potensial, seperti dari China, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan negara Eropa.
Pekan lalu, Luhut mengumumkan bahwa IBC telah mengantongi investasi senilai US$ 15 miliar dari dua kemitraan yang dijalin untuk mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi di Tanah Air. Investor tersebut adalah perusahaan asal China, Ningbo Contemporary Brunp Lygen Co., Ltd (CBL).
Bulan depan IBC bersama LG Energy Solution (LGES) dijadwalkan akan memulai groundbreaking pabrik baterai listrik di Indonesia. Total investasi yang digelontorkan untuk pembangunan pabrik komponen baterai kendaraan listrik ini mencapai Rp 142 triliun.
Secara bersamaan pemerintah juga sudah merealisasikan investasi di industri mobil listrik dengan CATL. Perusahaan ini akan membangun pabrik terintegrasi dengan nilai investasi mencapai US$ 5,2 miliar di Maluku Utara, Batang, dan Kalimantan Utara.Pembangunan pabrik terintegrasi tersebut ditargetkan juga akan dimulai pada tahun ini.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan investasi dari perusahaan asal jerman BASF dan Volkswagen juga dipastikan masuk berinvestasi ke Indonesia pada tahun ini.
Perusahaan asal Jerman itu akan masuk pada proyek pemurnian nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang produknya merupakan komponen bahan baku baterai kendaraan listrik, dan kemungkinan akan dilanjutkan dengan pembangunan prekursor katoda.
Meski masih di fase awal, Indonesia Battery Corporation (IBC) berharap dapat memiliki merek baterai mobil listrik sendiri. Saat ini masih mencari formulasi pembuatan.
Selain mengadvokasi hilirisasi mineral dan memperjuangkan masa depan industri baterai dan kendaraan listrik di Indonesia, Luhut yang dalam kapasitasnya sebagai investor juga tidak mau ketinggalan untuk masuk ke industri masa depan tersebut.
Akhir tahun lalu, emiten Luhut yakni TBS Energi Utama (TOBA) membentuk perusahaan patungan (joint venture) dengan Gojek terkait pengembangan bisnis sepeda motor listrik di Indonesia.
TOBA melalui anak usahanya, PT Karya Baru TBS telah menandatangani akta pendirian PT Energi Kreasi Bersama, suatu perusahaan patungan dalam bentuk perseroan terbatas yang didirikan PT Rekan Anak Bangsa.
Dibentuknya joint venture itu antara lain, perusahaan ini nantinya akan bergerak dalam bidang perakitan sepeda motor, perdagangan sepeda motor, reparasi dan perawatan sepeda motor, pembiayaan, perakitan baterai untuk kendaraan bermotor hingga penyedia stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum.
Melalui perusahaan patungan tersebut, Gojek dan TBS akan mengembangkan usaha bisnis dalam bidang manufaktur kendaraan listrik roda dua, teknologi pengemasan baterai, infrastruktur penukaran baterai, hingga pembiayaan untuk memiliki kendaraan listrik.
Kolaborasi strategis dalam membangun ekosistem kendaraan listrik roda dua di Indonesia ini sekaligus mendukung rencana Pemerintah Indonesia menjadikan pengembangan industri kendaraan listrik sebagai prioritas nasional.
Ini menjadi langkah nyata TBS untuk mewujudkan ambisi Nol Emisi Karbon yang dicanangkan perusahaan. Pada tahun 2020, perusahaan tersebut mengganti nama perusahaan dan menghilangkan visibilitas kata 'bara' dari semula Toba Bara Sejahtera menjadi TBS Energi Utama. Meski demikian hingga saat ini bisnis utama perusahaan masih bergerak di sektor pertambangan batu bara.
Sebelum mengumumkan kerja sama kendaraan listrik, TBS telah lebih dulu mengumumkan komitmennya untuk mencapai emisi nol bersih atau Net Zero Emission pada 2030, lebih cepat dari target Pemerintah Indonesia yaitu di tahun 2060.
Untuk mencapai target tersebut, dari sisi belanja modal (Capital Expenditure/Capex), TBS memiliki komitmen untuk melakukan investasi sampai dengan US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,1 triliun (asumsi kurs Rp 14.200 per US$) dalam lima tahun ke depan untuk investasi dengan fokus pada industri energi terbarukan dan energi bersih (renewable dan clean energy).
Wakil Direktur Utama TBS Pandu Sjahrir mengungkapkan, langkah konkret komitmen untuk mencapai target tersebut telah dimulai TBS pada 2021 dengan melepas kepemilikan 5% saham dalam PT Paiton Energy, perusahaan pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/ IPP) terbesar di Indonesia dengan kapasitas 2.045 MW.
Komitmen TBS untuk mencapai Net Zero Emission juga tercermin dalam peta jalan (roadmap) pengembangan bisnis TBS sampai tahun 2030 mendatang. Pandu menerangkan, secara bertahap TBS akan melakukan proses reinvestasi dari bisnis saat ini yang masih berbasis bahan bakar fosil ke sektor bisnis energi hijau.
Selain menjabat sebagai Wakil Dirut TOBA, Pandu Sjahrir juga merupakan dewan komisaris di Gojek. Pandu juga merupakan tim yang ikut diboyong Luhut dalam lawatannya ke Austin untuk bertemu Elon Musk, dengan informasi pertemuan awalnya diperoleh dari unggahan di akun Instagram milik Pandu.
Sebagai informasi, Pandu merupakan keponakan dari Luhut dan juga anggota dewan komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) dan juga sempat diisukan sebagai salah satu kandidat pimpinan lembaga pengelola investasi Indonesia Investment Authority (INA) atau Sovereign Wealth Fund (SWF). Jabatan yang terakhir akhirnya diisi oleh eks Direktur Utama Bank Permata, Ridha DM Wirakusumah.
TIM RISET CNBC INDONESIA