
Bursa Saham Sri Lanka Tutup Mulai Hari Ini Hingga 22 April

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi Sekuritas Sri Lanka telah memerintahkan Bursa Efek Colombo (Colombo Stock Exchange) untuk menghentikan perdagangan saham sementara mulai hari ini, Senin (18/4/2022), hingga lima hari ke depan atau hingga Jumat, 22 April 2022.
Seperti dilaporkan Economic Times, dikutip Senin (18/4/2022), penghentian sementara perdagangan saham tersebut dilakukan untuk memberi waktu bagi para investor untuk mencerna kondisi ekonomi di Sri Lanka.
Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu lalu (16/4/2022), Komisi Sekuritas dan Bursa Sri Lanka mengungkapkan bahwa dewan direksi Bursa bersama dengan pemangku kepentingan lainnya, telah meminta penutupan pasar sementara.
"SEC (The Securities And Exchange Commission of Sri Lanka) telah dengan hati-hati mempertimbangkan alasan yang dikemukakan oleh mereka dan telah mengevaluasi dampak situasi saat ini di negara tersebut terhadap pasar saham, khususnya kemampuan untuk melakukan pasar yang tertib dan adil untuk perdagangan di sekuritas," bunyi pernyataan tersebut.
Pada perkembangan lain, delegasi Sri Lanka sedang menuju ke Washington untuk mencari pendanaan hingga US$ 4 miliar dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan pemberi pinjaman lainnya, untuk membantu negara tersebut membayar impor makanan dan bahan bakar, serta demi membatasi default utang.
Seperti diketahui, Sri Lanka sedang berada dalam kekacauan politik, dengan warga tumpah protes ke jalanan yang menyerukan penggulingan Presiden Gotabaya Rajapaksa.
Sri Lanka diketahui menghadapi kewajiban utang senilai US$ 8,6 miliar tahun ini sebelum menangguhkan pembayaran pinjaman luar negeri untuk menghemat uang guna membayar impor makanan dan bahan bakar penting.
"Ini akan menjadi kepentingan terbaik bagi para investor serta pelaku pasar lainnya, jika mereka diberi kesempatan untuk memiliki lebih banyak kejelasan dan pemahaman tentang kondisi ekonomi saat ini, agar mereka dapat membuat keputusan investasi yang tepat," kata SEC.
(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Lanka Masuk Jurang Krisis Terburuk Sejak 1948
