Bukan Cuma Sri Lanka, Rating Utang Negara Ini Juga Dipangkas

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
15 April 2022 18:00
Standard and Poor's (S&P)
Foto: REUTERS/ Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat internasional yakni S&P Global Ratings resmi memangkas (downgrade) peringkat utang Sri Lanka menjadi junk (sampah), beberapa jam setelah gubernur bank sentral negara itu mengatakan pihaknya melihat kemungkinan pinjaman baru oleh China untuk membantu memenuhi kewajiban pembayaran utangnya.

S&P menurunkan sovereign credit rating jangka panjang Sri Lanka dari sebelumnya di peringkat CCC+ menjadi CCC dengan outlook negatif, dan mengafirmasi peringkat C bagi utang jangka pendek Sri Lanka.

Sri Lanka memiliki obligasi sebesar US$ 500 juta yang jatuh tempo pada 18 Januari lalu yang telah dialokasikan untuk mata uang asing. Selain itu, Sri Lanka juga memiliki surat utang senilai US$ 1 miliar lainnya yang jatuh tempo pada bulan Juli mendatang.

"Posisi keuangan eksternal Sri Lanka akan semakin memburuk selama kuartal mendatang," kata S&P dalam sebuah pernyataan Rabu (13/4/2022) lalu, dikutip dari Bloomberg.

"Ini akan mempengaruhi kemampuan Sri Lanka untuk membayar utangnya selama 12 bulan ke depan," tambah S&P.

Langkah ini mengikuti pernyataan dari Gubernur bank sentral Sri Lanka, Ajith Nivard Cabraal, yang mengatakan ada kemungkinan pinjaman baru dari China untuk melindungi pembayaran utang negaranya.

"Dimungkinkan adanya pinjaman baru dari China untuk melindungi pembayaran utang negara kami dan kami memiliki pemahaman bahwa mereka akan membantu kami," kata Cabraal, dilansir dari Bloomberg.

S&P dapat menurunkan peringkat Sri Lanka lebih lanjut jika kegiatan penggalangan dana negara itu tidak mencapai target pemerintah atau cadangan devisanya terus terkikis di luar ekspektasi.

Sri Lanka memiliki cadangan mata uang asing senilai US$ 3,1 miliar pada Desember setelah menarik jalur swap sebesar US$ 1,5 miliar dengan China.

Pinjaman China ke Sri Lanka sering menjadi topik perdebatan selama dekade terakhir, dengan kekhawatiran bahwa negara tersebut dapat berjuang untuk membayar dan digunakan oleh Beijing untuk melawan pengaruh India dan Amerika Serikat (AS) di kawasan Indo-Pasifik.

Sri Lanka memiliki utang sekitar US$ 3,5 miliar dari China pada akhir 2020, tidak termasuk pinjaman kepada perusahaan negara, menurut data bank sentral.

Di tengah jeratan utang Sri Lanka hingga negara tersebut kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, beberapa negara juga mengalami penurunan peringkat utangnya.

Adapun di antaranya yakni Rusia dengan Ukraina, di mana keduanya juga mengalami pemangkasan rating. Di Rusia, pemeringkat internasional seperti S&P, Moody's Investor Service, dan Fitch Ratings kompak memangkas rating surat utangnya seiring berlanjutnya perang dengan Ukraina.

Selain Rusia-Ukraina, beberapa negara juga terkena pemangkasan rating utangnya oleh beberapa perusahaan pemeringkat internasional, termasuk di dalamnya ada Indonesia, meski rating di Indonesia masih cenderung lebih baik.

Adapun negara-negara yang terkena pemangkasan rating surat utangnya adalah sebagai berikut.

Negara yang sedang berkonflik yakni Rusia dan Ukraina pun terkena pemangkasan peringkat utangnya oleh beberapa perusahaan pemeringkat internasional.

Sebelumnya pada Minggu lalu, S&P memangkas peringkat utang valuta asing (valas) Rusia menjadi selective default (gagal bayar selektif). Hal ini terjadi karena Negara Beruang Merah itu membayar obligasi berdenominasi dolar AS memakai mata uang rubel.

S&P menilai adanya peningkatan potensi Rusia tak membayar utang obligasi kepada investor. Maka dari itu, Rusia berpotensi menghadapi default eksternal (gagal bayar obligasi eksternal) pertama dalam lebih dari satu abad setelah membuat aturan untuk melakukan pembayaran obligasi internasional dengan mata uang rubel.

Meski begitu, S&P mengaku tetap menghormati dan memahami keputusan Rusia yang membayar kupon dan pokok atas obligasi berdenominasi dolar AS dalam bentuk mata uang rubel pada awal pekan ini.

"Saat ini kami tidak berharap bahwa investor akan dapat mengonversi pembayaran rubel tersebut menjadi dolar AS yang setara dengan jumlah yang seharusnya atau bahwa pemerintah akan mengubah pembayaran tersebut dalam masa tenggang 30 hari," ungkap S&P dikutip dari Reuters.

Tak hanya Rusia saja, Ukraina pun demikian, di mana S&P juga memangkas rating utang Ukraina menjadi B- pada 25 Februari lalu.

S&P pada saat itu mengatakan bahwa pihaknya dapat menurunkan peringkat lebih lanjut jika ketidakpastian yang ditimbulkan oleh krisis berlanjut dan mengarah pada pengurasan likuiditas eksternal Ukraina, sistem keuangannya, atau kapasitas administrasi pemerintah.

Adapun beberapa negara yang peringkat utangnya sudah berada mendekati default yakni Grenada yang peringkatnya kini menjadi SD (selective default) oleh S&P dan Puerto Rico yang kini sudah terancam default oleh S&P.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fitch Pertahankan Rating Kredit RI, Tanda Perekonomian Kuat?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular