Adu 'Murah' 7 Saham Batu Bara, Mana yang Paling Oke?

Tim Riset, CNBC Indonesia
13 April 2022 07:00
Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Booming komoditas batu bara menjadi berkah bagi para emiten produsennya di Tanah Air. Ini tercermin dari moncernya rapor keuangan 2021 dan kinerja harga saham emiten-emiten tersebut sepanjang tahun ini.

Mayoritas emiten batu bara utama yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) menikmati pertumbuhan laba puluhan hingga ribuan persen secara tahunan (yoy) sepanjang tahun lalu.

Ambil contoh, BUMN tambang PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan laba bersih sebesar Rp 7,9 triliun pada 2021, tumbuh 231,4% secara yoy dibandingkan dengan Rp 2,39 triliun pada 2020.

Sepanjang tahun lalu, pendapatan PTBA tercatat mencapai Rp 29,26 triliun, melonjak 68,9% dari Rp 17,3 triliun pada tahun sebelumnya.

Contoh lain, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) berhasil mengantongi laba bersih yang meroket hingga 1.105% yoy.

ITMG membukukan laba bersih sebesar US$ 475,57 juta pada 2021, naik signifikan dibandingkan dengan hanya US$ 39,47 juta pada 2020.

Sepanjang tahun lalu, pendapatan bersih ITMG tercatat US$ 2,08 miliar, tumbuh signifikan hingga 75,2% dibandingkan dengan US$ 1,18 miliar pada 2020.

Setali tiga uang, kinerja harga sahamnya pun tak kalah ciamik dengan kenaikan puluhan persen sejak awal tahun (ytd). (Lihat tabel di bawah ini).

Perbandingan 7 Emiten Batu Bara per 11 April 2022Foto: Samuel Sekuritas
Perbandingan 7 Emiten Batu Bara per 11 April 2022

Apabila menilik data milik Samuel Sekuritas Indonesia di atas, kendati harga saham telah melambung tinggi sejak awal tahun (ytd), mayoritas valuasi ketujuh emiten batu bara tersebut terbilang masih undervalued alias 'murah'.

Hal tersebut bisa dilihat dari price-to-earnings ratio (PER) untuk proyeksi 2022 yang masih di bawah rule of thumb 10 kali atau di bawah rerata PER industri yang sebesar 21,4 kali. Rasio PER BUMI (2,0 kali) dan ITMG (4,0 kali) menjadi yang 'termurah' di antara yang lain.

Sementara, dari sisi rasio price-to-book value (PBV), BUMI (1,1 kali) dan INDY (1,1 kali) menjadi yang paling undervalued di antara yang lainnya. Rerata PBV industri sendiri tercatat sebesar 3,78 kali.

Kemudian, apabila ditelisik via analisis EV/Reserve (enterprise value-to-reserve) ytd, PTBA (US$ 618/ton), BUMI (US$ 2.176/ton), dan ITMG (US$ 2.192/ton).

Secara sederhana, EV/Reserve adalah nilai total sebuah perusahaan dibagi dengan cadangan tambang. Nilai rasio EV/Reserve yang lebih rendah menandakan suatu perusahaan yang berpotensi undervalued.

Harga Batu Bara Masih 'di Atas Langit'

Menurut data Refinitiv, pada perdagangan Senin (11/4/2022), harga batu bara kontrak Mei ditutup di level US$ 297,15 per ton.

Secara keseluruhan, harga batu bara masih melonjak 6,2% dalam sepekan terakhir. Harga si batu hitam memang masih melemah 17,83% dalam sebulan tetapi selama setahun harganya tetap melejit 244%.

Meroketnya harga batu bara pekan lalu dipicu keputusan Uni Eropa dan Jepang yang akan memberhentikan impor batu bara dari Rusia. Larangan impor batu bara Rusia tentu saja membuat persaingan untuk mendapatkan pemasok baru makin ketat sehingga harga batu bara melambung.

Harga batu bara melonjak tajam sejak akhir Februari lalu setelah Rusia menyerang Ukraina.

Pasokan batu bara yang memang sudah ketat sejak 2021 di tengah permintaan yang tinggi seiring pemulihan ekonomi dunia, semakin diperburuk dengan meletusnya perang antara kedua negara tersebut pada akhir Februari lalu.

Pada awal Februari, harga batu bara masih di bawah US$ 200 per ton, tetapi kemudian melonjak ke level US$ 300 dan bahkan mencetak rekor pada 2 Maret 2022 di level US$ 446 per ton.

Tak pelak lagi, harga batu bara saat ini seperti bumi dan langit jika dibandingkan pada periode 11 April 2021 di mana harga batu bara ada di level US$ 86,2 per ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Lompat Lagi, Bikin Saham ITMG dkk Ikutan Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular