
Nasib Nasib... Saham Batu Bara 'Kebakaran' Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah saham batu bara memerah pada perdagangan Rabu (7/6/2023), seiring harga komoditas acuannya merosot.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) memimpin pelemahan, yakni minus 5,38% ke Rp4.570 per saham. Kemarin, saham MBAP ditutup anjlok hingga batas auto reject bawah (ARB) 14,89%.
Di bawah MBAP ada saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yang melemah 3,50% ke Rp386/saham, usai naik 6,3% dalam 2 hari terakhir.
Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga terdepresiasi 3,27% ke Rp22.900/saham. Mirip seperti TOBA, saham ITMG dilanda profit taking usai naik 6,9% selama Senin (5/6) dan Selasa (6/6).
Nama-nama besar lainnya pun memerah, seperti HRUM minus 2,81%, PTBA -2,74%, ADRO -2,25%, BUMI -1,89%, hingga UNTR -1,51%.
Alhasil, indeks sektor energi (IDXENERGY) turun 0,79% hari ini.
Sebelumnya, harga batu bara jatuh setelah sempat melonjak drastis. Pada perdagangan Selasa (6/6/2023), harga batu bara kontrak Juli di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 139,1 per ton. Harganya jeblok 3,23%.
Pelemahan ini berbanding terbalik dengan hari sebelumnya di mana harga batu bara terbang 7,2%.
Harga batu bara anjlok karena aksi profit taking dan diobralnya batu bara di Eropa. Harga pasir hitam juga melemah sejalan dengan jatuhnya harga komoditas energi lainnya.
Proyeksi membaiknya perekonomian global juga tak mampu membuat harga batu bara menguat. Akan tetapi, krisis energi di Bangladesh mampu menahan pelemahan lebih dalam.
Eropa mulai mengobral batu bara karena menumpuknya pasokan serta kekhawatiran akan menurunnya kualitas. Benua Biru telah mengekspor kembali 1,12 juta ton batu bara ke Asia karena pasokan yang menumpuk melalui Pelabuhan Spanyol dan Belanda.
India, Maroko, Senegal, dan China menjadi salah satu tujuan utama. Ekspor ke India menembus 145.000 ton pada April saja.
"Sebagian pasokan sudah menumpuk lebih dari satu tahun sementara storage sangat mahal," tutur analis pasar dari P Perret Associates Guillaume Perret, dikutip dari Bloomberg.
Eropa mengimpor batu bara besar-besaran pada tahun lalu untuk mengatasi krisis energi serta berkurangnya pasokan gas dari Rusia. Impor mencapai 98,6 juta ton pada 2022, naik drastis dibandingkan sekitar 65 juta ton pada 2021.
Namun, penggunaan batu bara justru turun 11% pada tahun lalu karena cuaca musim dingin yang lebih bersahabat.
Melemahnya harga gas juga membuat Eropa kembali beralih ke gas.
Demi menghabiskan pasokan, Eropa kini merugi karena menjual harga batu bara pada saat harga sangat rendah. Harga di Pelabuhan ARA (Amsterdam, Rotterdam, Antwerp) kini hanya berada di kisaran US$ 90 per ton, hanya seperempat dari harga tahun lalu.
Harga batu bara juga melandai karena ambruknya harga komoditas energi lainnya mulai dari gas alam hingga minyak mentah dunia. Ketiga sumber energi tersebut saling bersaing sehingga harganya pun akan saling mempengaruhi.
Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) sempat terbang 22,3% ke 28,48 euro per mega-watt hour (MWh) pada Senin pekan ini. Namun, harganya ambruk 12,7% kemarin.
Sementara itu, harga minyak baik brent ataupun WTI juga turun sekitar 0,5% setelah sempat melejit pada Senin karena pemangkasan produksi Arab Saudi.
Harga gas alam sempat melonjak karena pasokan dari Amerika Serikat (AS) akan berkurang karena permintaan dari Asia melonjak menyusul suhu yang semakin panas.
Harga gas juga naik karena terminal LNG di Montoir, Prancis, akan tutup hingga 10 Juni sementara pengiriman gas dari Rusia melalui Black Sea ke Turki juga ditangguhkan hingga 13 Juni karena perawatan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Saham Batu Bara Ambruk Usai "Pesta", Ada Sentimen Apa?