
Begini Kira-kira Gerak Saham GoTo Saat di Transaksikan di BEI

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjatahan saham (allotment) PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk dikabarkan mengalami kelebihan permintaan (oversubcribe) hingga 15 kali. Ini membuat investor ritel yang masuk dalam penjatahan terpusat (pooling) tidak bisa mendapatkan jumlah saham sesuai pesanan.
Kalangan analis menilai ini akan membuat tingginya minat investor ritel memburu saham perusahaan ketika resmi melantai di pasar sekunder, yang secara resmi akan tercatat pada Senin (11/4/2022).
Potensi tingginya minat investor ritel disampaikan Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan. Menurutnya, dalam jangka pendek pergerakan saham GOTO akan banyak dipengaruhi kelebihan permintaan (oversubscribed) di pasar perdana.
"Investor yang jatahnya berkurang atau yang tidak dapat sahamnya akan melakukan pembelian di pasar sekunder," kata Alfred kepada CNBC Indonesia, Jumat (8/4/2022).
Dia juga menyebut minat investor terhadap saham GOTO akan tinggi di pasar sekunder, sebab perusahaan memiliki kebijakan stabilitas (Greenshoe) untuk menjaga harga tiap unit sahamnya.
Kebijakan stabilitas ini disebutnya berpengaruh terhadap permintaan saham perseroan ketika nanti resmi melantai di bursa. Kemudian, dalam jangka menengah dan panjang, Alfred melihat ketertarikan investor terhadap saham GOTO akan banyak dipengaruhi faktor berakhirnya periode look-up pemegang saham perusahaan nantinya.
Secara terpisah, Pengamat Pasar Modal dari MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan minat investor ritel terhadap saham GOTO akan jauh lebih tinggi dibanding investor institusi dalam pasar sekunder.
Alasannya, investor institusi diprediksi masih akan menahan diri untuk mengoleksi saham GOTO, sebab perusahaan diestimasi masih mengalami rugi setidaknya hingga 2024 mendatang.
"Kalau sebagai investor ritel itu bisa saja, mungkin kita beli memanfaatkan momentum. Artinya ini untuk jangka pendek saja. Karena kita tahu prospek saham tersebut kan sampai 2 tahun ke depan masih membukukan kerugian. Tapi ada momentum, nah ini dimanfaatkan investor ritel," kata Edwin.
Menurutnya, sifat investor ritel yang kerap mengikuti tren akan membuat pemburuan saham GOTO di pasar sekunder nanti diramaikan mereka. Akan tetapi, investor disebut Edwin harus mengetahui risiko apa saja yang menanti jika mereka mengoleksi saham GOTO.
"Pertama, saham ini belum bisa memberikan dividen. Kedua, mereka bisa rugi menurun dengan catatan kalau masih 'bakar duit'. Kalau sudah tidak bakar duit bagaimana nanti apakah akan meningkat lagi kerugiannya? Ketiga, teknologi kan berkembang pesat, apalagi sekarang pandemi mau jadi endemi, mobilitas makin bebas sehingga ketergantungan akan online mungkin berkurang dan ini bisa jadi kendala juga," ujarnya.
H rga saham IPO GOTO ditetapkan di angka Rp 338 per saham, yang mencerminkan kapitalisasi pasar diperkirakan mencapai Rp 400,3 triliun (US$ 28 miliar).
GoTo menawarkan sebanyak 46,7 miliar saham baru Seri A, yang merupakan gabungan antara saham baru yang diterbitkan dan saham tresuri (untuk opsi penjatahan lebih).
Masa penawaran umum saham telah berlangsung mulai 1 - 7 April 2022 dan pencatatan di Papan Utama BEI dengan kode saham GOTO dijadwalkan pada 11 April 2022.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penggalangan Dana Pra-IPO GoTo Tembus USD 1,3 Miliar
