Efek Perang: Yang Kaya Makin Happy, Si Miskin Gigit Jari!

Maesaroh, CNBC Indonesia
08 April 2022 13:59
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Tidak mau kalah, saham-saham penghasil minyak kelapa sawit (CPO) juga tampil cemerlang karena perang. Status Rusia dan Ukraina sebagai salah satu penghasil minyak bijih matahari dunia membuat harga CPO melambung. Pasalnya, banyak negara kemudian memilih CPO sebagai alternatif minyak bijih matahari. 

Saham Astra Agro Lestari (AALI) sudah terbang 33,7% sementara samah Dharma Satya Nusantara melesat 26%. Di masa awal pandemi Covid-19, harga CPO memang sempat longsor. Pada Mei 2020 lalu harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia untuk kontrak 3 bulan sempat menyentuh harga 1.939 ringgit (MYR) per ton. Tetapi sejak saat itu, harga minyak nabati ini terus menanjak.


Pada 9 Maret lalu, CPO menyentuh harga MYR 7.268/ton yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa. Sepanjang 2020, minyak sawit mentah tercatat membukukan penguatan 18%, dan di tahun 2021 melesat lebih dari 30%. Sepanjang kuartal I-2022, CPO mengalami kenaikan sekitar 21%.

Nikel pun tidak mau ketinggalan. Harga nikel mencatat rekor baru di bulan Maret lalu. Di awal Maret, bursa logam London (LME) bahkan menangguhkan perdagangan hingga seminggu karena aksi short selling membawa harga nikel mencapai lebih dari US$ 100.000/ton.

Rusia adalah produsen nikel terbesar nomor 3 di dunia dengan produksi 250.000 ton pada tahun 2021, mengacu data US Geological Survey (USGS). Jumlah ini setara dengan 9,25% produksi dunia.

Cadangan nikel Rusia mencapai 7,5 juta ton. Merupakan cadangan nikel terbesar keempat dunia dengan porsi 7,9% dari total cadangan seluruh dunia.

Menyusul lonjakan harga nikel, saham penghasil nikel di Indonesia pun melesat. Saham Vale Indonesia (INCO) sudah naik 58,12% sepanjang tahun ini sementara saham Timah Indonesia (TINS) naik 33,3%. 

Menurut Mirae, Aneka Tambang (ANTM) akan sangat diuntungkan kenaikan harga nikel. Meskipun penjualan emas menjadi kontributor utama ANTM tetapi nikel memberi margin lebih besar daripada emas.

Melengkapi kedigdayaan komoditas, saham-saham migas juga terbang selama perang. Saham Surya Esa Perkasa (ESSA) melonjak 199,1% sementara Energi Mega Persama melonjak 77,5%.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular