Investor Masih Pantau Sinyal Resesi, Dow Futures Naik Tipis

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Senin, 04/04/2022 18:28 WIB
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) bergerak menguat tipis pada perdagangan Senin (4/4/2022), di mana investor masih memantau sinyal peringatan di pasar obligasi tentang ekonomi.

Kontrak futures indeks Dow Jones di perdagangkan sedikit lebih tinggi dari garis datar. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq terapresiasi yang masing-masing sebesar 0,1% dan 0,3%.

Saham Tesla naik 1% setelah melaporkan angka pengiriman kendaraan listrik kuartal terbaru pada Sabtu (2/4). Perusahaan tercatat mengirimkan lebih dari 310.000 EV pada kuartal I-2022, naik dari 184.800 pada periode tahun sebelumnya.


Sementara itu, saham Starbucks anjlok 1% setelah membatalkan program pembelian kembali sahamnya.

Pada Kamis (31/3), sinyal resesi diidentifikasi ketika imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun dan 10 tahun terbalik untuk pertama kalinya sejak 2019. Selain itu, yield obligasi tenor 5 tahun juga diperdagangkan di atas yield obligasi tenor 30 tahun.

Investor juga masih mengamati perkembangan terbaru perang di Ukraina, di mana Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa negara-negara Barat akan mengumumkan sanksi terbaru terhadap Rusia pada beberapa hari mendatang.

Menurut analis UBS bahwa pasar ekuitas dan obligasi terus mengirimkan sinyal yang bertentangan tentang prospek ekonomi.

Namun, mereka masih berhati-hati agar tidak menafsirkan salah satu sinyal secara berlebihan. Inversi kurva yield secara historis memprediksikan resesi dengan jeda yang panjang dan tidak pasti.

Pada Jumat (1/4), indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq berhasil membukukan kenaikan. Bahkan, indeks S&P 500 dapat menguat selama tiga pekan beruntun.

Bursa saham AS berada di zona positif, meskipun laporan ketenagakerjaan di bulan Maret jauh dari perkiraan analis.

Rilis data ekonomi menunjukkan sebanyak 431.000 pekerjaan baru, padahal analis Dow Jones memprediksikan sebanyak 490.000 pekerjaan.

"Kenaikan yang kuat di bidang ketenagakerjaan terus memberi sinyal lampu hijau bagi investor meskipun inflasi telah mencapai level tertinggi selama beberapa dekade dan kekhawatiran atas suku bunga acuan yang lebih tinggi dan pengetatan The Fed," tutur Kepala Manajemen Portofolio Commonwealth Peter Essele dikutip dari CNBC International.

Pada Rabu (6/4), Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) akan menerbitkan risalah dari pertemuan The Fed bulan Maret, memberikan investor pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana The Fed memandang kondisi pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi