Bukan Rokok, Ini yang Bikin Hartono Bersaudara Jadi 'Sultan'!

Tri Putra, CNBC Indonesia
04 April 2022 10:48
Bank BCA
Foto: Michael Hartono (detikcom)

Pucuk dicinta ulam pun tiba, pada 31 Mei 2000, saham BBCA pun dilepas ke publik dengan harga Rp 1.400/saham. Namun kisah BBCA tak berhenti sampai di situ. Pemerintah yang kala itu memegang 73,3% saham BBCA berencana untuk mendivestasikan 40% kepemilikannya.

Pada 16 Agustus 2001, pemerintah mengubah kebijakannya untuk mengulangi tender divestasi menjadi 30% saham BBCA. Selang tak berapa lama, pemerintah kembali mengubah rencana divestasinya dari 30% menjadi 51%.

Pada 23 Oktober 2001, sebanyak 18 investor strategis yang menyatakan minat pembelian mereka diundang oleh BPPN. Sebulan setelahnya BPPN memilih 9 calon investor strategis tersebut untuk mengikuti uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test).

Selanjutnya pada 28 Januari 2002, hanya empat kandidat investor strategis yang memberikan memberikan penawaran akhir. Mereka adalah konsorsium Bank Mega, konsorsium Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI), konsorsium Standard Chartered dan konsorsium Faralon Capital.

Kemudian, pada 25 Februari 2002, Bank Indonesia (BI) resmi mengumumkan dua calon penawar yang tersisa yakni konsorsiun Standard Chartered dan Faralon Capital. Setelah itu proses berlanjut hingga akhirnya menyisakan seorang pemenang tender yakni konsorsium Faralon Capital dan FarIndo Investment yang berbasis Mauritius yang mengempit 51,15% saham BBCA.

Tepat saat itulah, kepemilikan saham BBCA beralih dari pemerintah ke konsorsium di bawah Bambang dan Robert Hartono penerus Djarum Group. Sementara keluarga Salim masih memiliki 1,76% saham BBCA.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular