Singapura Berdamai Dengan Corona, Dolarnya Makin Mahal?
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat tajam melawan rupiah pada perdagangan Selasa kemarin setelah negara tetangga Indonesia ini resmi berdamai dengan virus corona.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura kemarin menguat 0,35% kisaran Rp 10.586/SG$ yang merupakan level tertinggi sejak 4 Maret lalu. Sementara pada perdagangan Rabu (30/3) pukul 10:36 WIB mata uang Negeri Merlion ini naik lagi 0,06% ke Rp 10.593/SG$.
Sejak Selasa kemarin, pemerintah Singapura resmi melonggarkan aturan pembatasan sosial. Kewajiban masker di luar ruangan sudah ditiadakan. Warga yang boleh berkumpul dalam satu pertemuan kini ditambah, dari lima menjadi 10 orang.
Singapura juga mengizinkan konsumsi alkohol setelah pukul 22.30 waktu setempat. Mereka juga mengizinkan gelaran pertunjukan langsung.
Meski demikian, masker masih wajib dipakai di dalam ruangan. Kewajiban menjaga jarak satu meter juga masih berlaku.
Aturan baru lainnya juga akan berlaku 1 April nanti. Di mana seluruh pelancong yang telah mendapatkan vaksinasi bisa masuk ke negara itu tanpa karantina.
Analis dari Barclays memprediksi dengan dicabutnya aturan ketat Covid-19, perekonomian Singapura diperkirakan akan melejit di tahun ini.
"Perkiraan kami, jika mobilitas di tempat rekreasi dan tempat kerja meningkat 10%, maka pertumbuhan ekonomi akan mencapai 3% sampai 4%. Itu menjadi lompatan yang besar, kata Brian Tan, ekonom senior Barclays, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (25/3).
Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dikatakan akan memberikan tekanan inflasi, apalagi pasar tenaga kerja sudah mengetat dan harga komoditas global sedang tinggi. Tan memprediksi Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) akan agresif mengetatkan kebijakannya bulan depan.
"Itu (inflasi) akan membuat MAS agresif dalam mengetatkan kebijakannya di bulan April, dan itu akan berdampak positif ke dolar Singapura" kata Tan.
Selain itu, analis dan Capital Economics dan DBS Bank juga memprediksi MAS akan mengetatkan kebijakan moneternya di bulan depan setelah pembatasan kegiatan masyarakat dilonggarkan.
Sementara itu dari dalam negeri, data inflasi yang dirilis Jumat nanti bisa memberikan gambaran kapan Bank Indonesia akan menaikkan suku bunganya.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, saat pengumuman kebijakan moneter pertengahan bulan ini sekali lagi menegaskan suku bunga akan dipertahankan sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi secara fundamental.
"Saya tegaskan bahwa kebijakan moneter merespon kenaikan inflasi yang bersifat fundamental, yaitu inflasi inti. (Kebijakan moneter) tidak merespon secara langsung kenaikan volatile food maupun administered prices, tidak merespon first round impact, tetapi yang direspon adalah implikasinya," kata Perry saat konferensi pers pasca Rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis (17/3/2022).
Inflasi inti saat ini berada di level 2,03% yang merupakan batas bawah target BI 3% plus minus 1%. Hasil polling Reuters menunjukkan inflasi inti di bulan Maret diprediksi sebesar 2,21%, mengalami kenaikan yang cukup signifikan, sehingga bisa memperkuat spekulasi BI akan menaikkan suku bunga di semester II-2022.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)