
Dolar AS Terus Melaju, Harga Tembaga Layu

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia lesu pada perdagangan jelang siang hari ini. Penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) menekan logam dasar tersebut.
Pada Senin (28/3/2022) pukul 11:11 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 10.209,5/ton, turun 0,56 dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Indeks dolar AS telah menguat selama tujuh hari berturut-turut. saat ini berada di level US$ 99.1. Dolar telah diuntungkan dari statusnya sebagai tempat lindung nilai aset yang aman.
Hal ini jadi sentimen negatif bagi tembaga yang dibanderol dengan greenback karena membuatnya lebih mahal ketimbang mata uang lain.
Tingginya dolar AS tak lepas dari ekspektasi kenaikan suku bunga AS menekan peredaran dolar di pasar sehingga harganya pun meningkat. Terlebih lagi konflik di Ukraina telah mendorong ekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga lebih agresif.
Dalam dot plot terbaru, sebanyak 10 anggota Komite Kebijakan Moneter (Federal Open Market Committee/FOMC) melihat suku bunga bisa dinaikkan hingga tujuh kali di tahun ini, sebanyak delapan anggota lainnya bahkan melihat bisa lebih dari itu.
Dengan kenaikan sebanyak tujuh kali, maka pada akhir tahun ini suku bunga akan berada di kisaran 1,75- 2%. The Fed akan melakukan enam kali lagi rapat kebijakan moneter pada 2022, artinya akan selalu ada kenaikan sebesar 25 basis poin di setiap pertemuan.
Powell dalam pidatonya di hadapan National Association for Business Economics mengatakan inflasi di AS yang tinggi bisa membahayakan pemulihan ekonomi. Powell menegaskan akan terus menaikkan suku bunga sampai inflasi bisa terkendali, bahkan tidak menutup kemungkinan kenaikan sebesar 50 basis poin.
Bank of America pada hari Jumat mengatakan pihaknya mengharapkan dua kenaikan masing-masing 50 bps pada pertemuan Juni dan Juli dengan "risiko" yang ditarik ke depan masing-masing ke Mei dan Juni.
Citi juga merevisi jalur kebijakan Fed lebih tinggi untuk kenaikan suku bunga, mengharapkan kenaikan 50 basis poin pada pertemuan Mei, Juni, Juli dan September tahun ini.
Selain itu, suku bunga di AS juga bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi dunia sehingga mengancam permintaan tembaga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maaf Investor, Harga Tembaga Minggu Ini Suram...