'Pertandingan' Terakhir, Tembaga Malah Tergelincir...

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
31 December 2021 14:09
FILE PHOTO: Trucks are parked at the open-pit mine of PT Freeport's Grasberg copper and gold mine complex near Timika, in the eastern region of Papua, Indonesia on September 19, 2015 in this file photo taken by Antara Foto.   REUTERS/Muhammad Adimaja/Antara FotoATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. IT IS DISTRIBUTED, EXACTLY AS RECEIVED BY REUTERS, AS A SERVICE TO CLIENTS. FOR EDITORIAL USE ONLY. NOT FOR SALE FOR MARKETING OR ADVERTISING CAMPAIGNS MANDATORY CREDIT. INDONESIA OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN INDONESIA./File Photo
Foto: Truk diparkir di tambang terbuka kompleks tambang tembaga dan emas Grasberg PT Freeport dekat Timika, di wilayah timur Papua, Indonesia (19/9/2015). (REUTERS/Muhammad Adimaja/Antara Foto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga tergelincir pada hari perdagangan terakhir 2021 karena Las Bambas MMG Ltd di Peru mengatakan akan melanjutkan operasi yang telah dihentikan karena blokade jalan.

Kemarin (30/12/2021) harga tembaga ditutup di US$ 9.617,5/ton, turun 0,65% dibandingkan harga penutupan hari sebelumnya.

TembagaSumber: Investing

Tambang Las Bambas di Peru, produsen tembaga nomor dua dunia, pada hari Kamis mengatakan akan memulai kembali operasinya setelah mencapai kesepakatan dengan masyarakat setempat yang memblokir jalan transportasi utama selama sebulan. Sebelumnya, operasional tambang tembaga Las Bambas di Peru ditutup sejak 18 Desember akibat pemblokiran tersebut.

Sepanjang 2021, harga tembaga melonjak 24,79% terdorong oleh pasokan yang ketat karena lonjakan permintaan di tengah pemulihan ekonomi global. Neraca tembaga dunia diperkirakan mengalami defisit 42.000 ton pada tahun 2021, menurut Studi Tembaga Internasional (ICSG).

Sementara itu, persediaan tembaga di gudang bursa logam London (LME) tercatat 89.375 ton pada 30 Desember 2021. Jumlah tersebut turun 17,21% dibandingkan persediaan tahun 2020. ICGS memperkirakan pasar tembaga global diperkirakan mengalami surplus 328.000 ton.

Dari sisi permintaan, masalah likuiditas properti China akan menjadi beban bagi harga tembaga. Hal ini karena properti dan konstruksi adalah penyumbang permintaan terbesar tembaga. China sendiri adalah konsumen tembaga terbesar di dunia dengan menyumbang sekitar 50% dari konsumsi dunia. Sehingga, guncangan pada keseimbangan pasar tembaga China memiliki dampak global.

Analis dari Citi memprediksi harga tembaga pada awal tahun 2022 sebesar US$ 8.600, lebih rendah dari harga tembaga saat ini US$ 9.568/ton pada Jumat (24/12/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor dari Chile Terbang, Harga Tembaga Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular