Analisis

Ekonomi Rusia Carut Marut, China Satu-satunya Harapan

Feri Sandria, CNBC Indonesia
15 March 2022 16:45
Anggota delegasi, yang dipimpin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping, menghadiri pertemuan di Beijing, China (4/2/2022) (via REUTERS/SPUTNIK)
Foto: Anggota delegasi, yang dipimpin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping, menghadiri pertemuan di Beijing, China (4/2/2022) (via REUTERS/SPUTNIK)

Meskipun tidak semua negara mengenakan sanksi ekonomi kepada Rusia, secara global mayoritas negara di dunia sepakat mengecam tindakan Rusia ke Ukraina. Awal Maret, kecaman tersebut didopsi dalam resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memperoleh dukungan 141 negara dari total 193 negara.

Rusia menentang resolusi tersebut, yang didukung oleh Belarus, Korea Utara, Eritrea dan Suriah. Meski berada di posisi minorotas, Rusia setidaknya masih bisa bergantung pada 35 negara yang memilih diam, termasuk China.

China merupakan negara dengan GDP terbesar kedua di dunia yang dalam sepuluh tahun ke depan diperkirakan akan melawati AS dan menjadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Data IMF mencatat GDP China tahun 2022 mencapai US$ 18,46 triliun.

Sementara itu berdasarkan data yang dihimpun IMF, Rusia tercatat sebagai negara dengan ekonomi terbesar 12, GDP tahun 2022 mencapai US$ 1,7 triliun, atau kurang dari sepersepuluh ekonomi negeri Panda.

Meski demikian cadangan devisa Rusia merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Data World Bank mencatat, hingga tahun 2020 Rusia menjadi negara dengan kepemilikan cadangan terbesar kelima hanya kalah dari AS, Swiss, Jepang dan China yang memimpin di urutan pertama.

Menteri keuangan Rusia Minggu kemarin juga menyebut bahwa sanksi Barat telah membekukan sekitar US$ 300 miliar dari US$ 640 miliar aset yang dimiliki Rusia dalam cadangan emas dan valasnya.

Data bank sentral Rusia terbaru, pada Juni 2021, mengungkapkan bahwa euro berkontribusi atas 32,3% kepemilikan valas Rusia, dolar AS 16,4% turun drastis dari 45% pada 2013 sebelum aneksasi krimea, renminbi 13,1%, poundsterling 6,5%, mata uang lain 10%, dan emas 21,7%.

Berdasarkan negara pemegang cadev bank sentral Rusia, China memimpin dengan menggenggam 14,2%, terbesar dari negara lain, dengan Jepang memegang 12,3% dan Jerman 11,8%.

Partner dagang utama

China dan Rusia telah tumbuh semakin dekat dalam beberapa tahun terakhir, termasuk sebagai mitra dagang, hubungan ini membawa peluang dan risiko ketika Rusia terguncang akibat sanksi baru yang keras yang dipimpin oleh Barat sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina.

Total perdagangan antara China dan Rusia melonjak 35,9% tahun lalu dan mencetak rekor US$ 146,9 miliar, menurut data bea cukai China, dengan Rusia sebagai sumber utama bagai komoditas minyak, gas, batu bara, dan pertanian. Rusia juga mencatatkan surplus perdagangan dengan China.

Pasca aneksasi krimea, perdagangan bilateral kedua negara tersebut telah berkembang lebih dari 50% dan China telah menjadi tujuan ekspor terbesar Rusia.

Hubungan Dagang China RusiaFoto: Reuters
Hubungan Dagang China Rusia

Rusia dan China juga mengincar peningkatan total perdagangan menjadi US$ 200 miliar pada tahun 2024, tetapi menurut target baru yang diumumkan bulan lalu selama kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Beijing untuk Olimpiade Musim Dingin, kedua belah pihak menginginkan perdagangan bilateral tumbuh lebih besar lagi menjadi US$ 250 miliar.

(fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular