Rusia Kena Batunya! Bunga Acuan Naik ke 20%, Rubel Ambrol 28%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 February 2022 16:02
Demo Tolak Invasi Rusia Terhadap Ukraina di Vilnius, Lituania
Foto: Orang-orang mengambil bagian dalam protes terhadap invasi Rusia ke Ukraina, di Vilnius, Lituania, Sabtu (26/2/2022). (AP Photo/Mindaugas Kulbis)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Rusia mengambil keputusan 'gila'. Dalam rapat tak terjadwal, Gubernur Elvira Nabiullina dan kolega sepakat untuk mengerek suku bunga acuan.

Hari ini, Senin (28/2/2022), bank sentral Rusia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan dari 9,5% menjadi 20%. Ini adalah yang tertinggi dalam hampir 20 tahun terakhir.

"Dampak situasi eksternal terhadap perekonomian Rusia telah berubah drastis. Kenaikan suku bunga acuan akan membuat suku bunga simpanan berada di level yang memadai untuk menutup risiko depresiasi kurs dan inflasi," sebut keterangan tertulis bank sentral Negeri Beruang Merah.

Kemarin, bank sentral Rusia juga mengumumkan kebijakan baru yaitu menambah pembelian emas di pasar domestik. Bank sentral Rusia juga melakukan lelang repo tanpa batas untuk meringankan beban posisi valas perbankan.

Kemudian, bank sentral Rusia juga memperluas cakupan agunan untuk memperoleh kredit. Bank sentral Rusia juga melarang pelaku pasar untuk menerima tawaran pembelian aset oleh investor asing.

Namun kebijakan ini tidak (atau belum?) bisa menolong mata uang rubel dari depresiasi. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rubel ambles 28,29% ke RUB 107,72/US$ pada pukul 15:39 WIB. Ini adalah yang terlemah setidaknya sejak 1995.

Negara-negara Barat (plus Jepang) sepakat untuk mendepak Rusia dari sistem pembayaran global SWIFT. Blokade ini membuat Rusia praktis dikucilkan dari pasar keuangan dunia, Rusia sudah diperlakukan layaknya Korea Utara.

Di dalam negeri, kepercayaan rakyat terhadap sistem keuangan Rusia pun runtuh. Mengutip Reuters, warga Rusia mengantre di depan mesin ATM untuk menarik seluruh uang mereka di bank karena khawatir nantinya sanksi bakal membuat uang tunai bakal menjadi barang langka.

"Bank run (atau dikenal di Indonesia dengan istilah bank rush, bank 'diserbu' oleh nasabah yang ingin menarik semua dana) di Rusia sudah dimulai. Inflasi bakal melonjak. Sistem perbankan Rusia sangat mungkin menghadapi masalah besar," tegas Jeffrey Halley, Senior Market Analyst di OANDA, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular