Dejavu The Fed & Serangan Rusia 2014, Dampaknya Ngeri Bagi RI

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 February 2022 19:35
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Kenaikan suku bunga di AS secara agresif berisiko memicu capital outflow dari pasar obligasi dan terpuruknya nilai tukar rupiah.

Jika itu terjadi, Bank Indonesia (BI) kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga untuk menjaga stabilitas rupiah. Namun, hal ini berisiko mengerek suku bunga kredit, sehingga akan berdampak pada pelambatan ekonomi.

Dampak buruknya skenario tersebut tergambar jelas pada tahun 2013 saat The Fed menormalisasi kebijakan moneternya. Seperti disebutkan sebelumnya, di 2014 juga terjadi serangan Rusia ke Ukraina hingga mencaplok wilayah Krimea.

Di akhir Mei 2013, kurs rupiah berada di level Rp 9.790/US$ kemudian terus melemah hingga mencapai puncaknya pada 29 September 2015 menyentuh level terlemah Rp 14.730/US$, artinya terjadi pelemahan lebih dari 50%.

Jebloknya kinerja rupiah berdampak besar dan buruk bagi Indonesia. Inflasi menjadi meroket hingga ke atas 8%.

Inflasi yang tinggi pun memakan korban, daya beli masyarakat menurun. Sementara ekspansi bisnis melambat akibat BI menaikkan suku bunga hingga 200 basis poin menjadi 7,75% guna menstabilkan rupiah. Pada akhirnya perekonomian Indonesia mengalami pelambatan.

Di kuartal II-2014, produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 4,94% year-on-year (YoY). Untuk pertama kalinya sejak kuartal III-2009, Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi di bawah 5%. Setelahnya, PDB Indonesia sulit kembali ke atas 5%.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pasar Sudah Price-in, Fundamental Dalam Negeri Kuat

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular