
Bakal Ada Perang Dahsyat, Bank Sentral Jadi Puyeng?

Selama nilai tukar rupiah stabil dan inflasi masih rendah BI sepertinya masih belum akan menaikkan suku bunganya. Apalagi, sejauh ini meski The Fed akan menaikkan suku bunga bulan depan, pasar obligasi dan saham Indonesia tetap mengalami capital inflow.
Rupiah memang cukup kuat di bulan ini. Bahkan dengan perang yang terjadi pada hari ini, pelem ahan rupiah tidak terlalu besar.
"Nilai tukar stabil dan cenderung menguat karena fundamental bagus, current account bagus, dan neraca perdagangan surplus. Investor asing mulai membeli SBN (surat berharga negara) yang membuat supply atau pasokan dolar AS di dalam negeri bertambah dan rupiah stabil," jelas Perry dalam pertemuan dengan sejumlah Pemimpin Redaksi Media, Rabu (23/2/2022).
Perry bahkan mengatakan, BI tidak melakukan intervensi terhadap penguatan dan kestabilan nilai tukar rupiah belakangan ini. Menurutnya, pergerakan rupiah tersebut sesuai dengan mekanisme pasar saja.
Aliran modal memang sedang deras masuk pasar SBN. Di pasar obligasi sekunder juga terjadi hal yang sama. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan ini hingga 18 Februari aliran modal asing masuk ke pasar obligasi cukup besar, hampir Rp 14,5 triliun.
Capital inflow tersebut sekaligus membalikkan outflow sekitar Rp 4 triliun yang terjadi pada bulan Januari lalu. Dengan demikian sepanjang tahun ini (year-to-date) hingga 18 Februari lalu terjadi inflow lebih dari Rp 10 triliun di pasar obligasi.
Sementara itu dari pasar saham, investor asing hari ini tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp 821 miliar di pasar reguler. Ditambah pasar nego dan tunai totalnya menjadi Rp 881 miliar. Sebelumnya net buy juga tercatat sekitar Rp 2,3 triliun dalam 3 hari di pekan ini, dan dalam 2 minggu sebelumnya Rp 10 triliun.
Namun, situasi tersebut tentunya bisa berubah jika nilai tukar rupiah mengalami gejolak yang hebat, dan inflasi akhirnya menanjak akibat kenaikan harga minyak mentah.
Meski demikian untuk saat ini situasi di dalam negeri masih mendukung untuk menjaga kebijakan moneter tetap longgar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
