Top! Rupiah Menguat Tanpa 'Bantuan' BI, Lanjut Lagi Hari ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 February 2022 08:15
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Derasnya aliran modal yang masuk ke dalam negeri membuat rupiah sukses menguat 0,18% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.335/US$ kemarin. Selain itu, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan pergerakan nilai tukar dipengaruhi fundamental dan teknikal. Namun faktor fundamental ekonomi lebih kuat menjadi penopang pergerakan rupiah.

"Nilai tukar stabil dan cenderung menguat karena fundamental bagus, current account bagus, dan neraca perdagangan surplus. Investor asing mulai membeli SBN (surat berharga negara) yang membuat supply atau pasokan dolar AS di dalam negeri bertambah dan rupiah stabil," jelas Perry dalam pertemuan dengan sejumlah Pemimpin Redaksi Media, Rabu (23/2/2022).

Perry bahkan mengatakan, BI tidak melakukan intervensi terhadap penguatan dan kestabilan nilai tukar rupiah belakangan ini. Menurutnya, pergerakan rupiah tersebut sesuai dengan mekanisme pasar saja.

Aliran modal memang sedang deras masuk pasar SBN. Di pasar obligasi sekunder juga terjadi hal yang sama. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan ini hingga 18 Februari aliran modal asing masuk ke pasar obligasi cukup besar, hampir Rp 14,5 triliun.

Capital inflow tersebut sekaligus membalikkan outflow sekitar Rp 4 triliun yang terjadi pada bulan Januari lalu. Dengan demikian sepanjang tahun ini (year-to-date) hingga 18 Februari lalu terjadi inflow lebih dari Rp 10 triliun di pasar obligasi.

Dari pasar saham, investor asing masih terus memborong saham-saham di dalam negeri. Aksi beli bersih (net buy) kemarin tercatat sebesar sebesar Rp 862 miliar. Dalam dua hari pertama pekan ini, net buy tercatat sekitar Rp 1,4 triliun, dan dalam 2 minggu sebelumnya Rp 10 triliun.

Sementara itu, eskalasi tensi geopolitik di Barat nyatanya tidak membuat dolar AS yang menyandang status safe haven menjadi perkasa. Pelaku pasar juga melihat isu kenaikan suku bunga oleh The Fed (bank sentral AS) di bulan depan.

The Fed saat ini diperkirakan menghadapi situasi yang rumit. Sebab, eskalasi tensi geopolitik membuat harga minyak mentah melesat yang berisiko membuat inflasi semakin tinggi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Jika The Fed agresif dengan menaikkan suku bunga 50 basis poin di bulan depan, dan terus menaikkan lagi di tahun ini, ada risiko perekonomian AS akan kembali terpuruk.

Alhasil, pelaku pasar kini semakin yakin jika The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin pada bulan depan. Padahal, dua pekan lalu ekspektasi kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin sangat kuat, probabilitasnya lebih dari 90% berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group.

Hal tersebut membuat rupiah berpeluang kembali menguat pada perdagangan Kamis (24/2). Meski tidak akan mudah, sama seperti kemarin sentimen pelaku pasar sedang buruk akibat ketegangan yang terjadi di Eropa Timur.

Secara teknikal, meski rupiah sukses menguat kemarin tetapi belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) dan MA 200, sehingga kembali menghidupkan pola Golden Cross.

Golden Cross merupakan perpotongan antara rerata MA 50, dengan MA 200 dari bawah ke atas. MA 50 sebelumnya juga sudah memotong MA 100.

Golden Cross bisa menjadi sinyal berlanjutnya kenaikan USD/IDR yang berarti pelemahan rupiah. Dengan kata lain, Golden Cross yang muncul merupakan Death Cross (palang kematian) bagi rupiah. Artinya jika tertahan di atas MA 200 maka rupiah ke depannya berisiko melemah.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak naik tetapi belum mencapai wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya, ketika Stochastic belum mencapai wilayah overbought maka belum ada sinyal pembalikan arah alias penguatan rupiah.

Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.360/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah Rp 14.480/US$. Resisten selanjutnya berada di Rp 14.400/US$ hingga Rp 14.410/US$.

Sementara support terdekat berada di kisaran Rp 14.325/US$ hingga Rp 14.320/US$ yang merupakan MA 50 dan 200. Penembusan ke bawah level tersebut akan memicu penguatan menuju Rp 14.300/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular