Rupiah Penakluk 2 Mata Uang Eropa Saat Rusia-Ukraina Panas

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Senin, 14/02/2022 14:05 WIB
Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih melanjutkan penguatannya di pekan ini terhadap mata uang Euro dan Poundsterling, di tengah ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina yang semakin meningkat.

Melansir data Refinitiv, euro terhadap rupiah melemah 0,13% ke Rp 16.264,49/EUR dan poundsterling terhadap rupiah terdepresiasi 0,23% ke Rp 19.413,89/GBP.


Sebagai informasi, kurs rupiah juga menguat terhadap dolar AS pada perdagangan spot hari ini, di tengah adanya isu peperangan yang akan pecah pada pekan ini di perbatasan Ukraina.

Menurut poling analis Reuters, Bank of England (BOE) diprediksikan akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan sebelumnya untuk menjinakkan lonjakan inflasi. Tingkat inflasi di Inggris pada bulan Desember menjadi yang tertinggi sejak 30 tahun.

Dalam jajak pendapat periode 7-11 Februari, hampir dua pertiga responden memperkirakan kenaikan suku bunga bank sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 0,75% pada akhir pertemuan Komite Kebijakan Moneter (MPC) berikutnya pada 17 Maret.

Mengacu kepada poling analis Reuters, masalah rantai pasokan global yang terus-menerus da kenaikan harga energi telah mendorong perkiraan inflasi median tahun ini naik. Inflasi rata-rata dipatok pada 5,7% dikuartal I dan terlihat memuncak pada kuartal berikutnya sebanyak 6,6%, sekitar tiga kali lipat target BOE di 2%. Inflasi kemudian diperkirakan akan mereda pada kuartal III dan IV menjadi 5,9% dan 4,5%.

Source: Reuters

Jika angka inflasi tinggi, maka menekan BOE untuk menaikkan suku bunga acuannya dan membuat perekonomian di Inggris menjadi melambat, karena perusahaan menjadi terhalang untuk mengekspansi bisnisnya.

Selain itu, Panin Sekuritas mengatakan dalam diskusi melalui telepon yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden dan Presiden Russia, Vladimir Putin untuk mencegah Russia menyerang Ukraina nyatanya gagal mencapai kesepakatan. Bahkan, kemarin Gedung putih telah mengeluarkan peringatan bahwa peluang perang di perbatasan Ukraina bisa pecah kapan saja. Sehingga menyarankan kepada warganya yang masih berada di Ukraina untuk segera pulang.

Direktur Perencanaan Upholdings Robert Cantwell mengatakan kepada CNBC International, jika China mendukung Rusia, maka peperangan akan semakin melebar dan akan berimbas kepada perekonomian dunia. Sebab, AS dan negara barat mendukung Ukraina. Sehingga, ada peluang bahwa hubungan China dan AS akan memburuk.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pasang Surut IHSG & Rupiah Tutup Semester I-2025