
Harga Nikel Ambles, Turun 1% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengumuman inflasi AS mendorong apresiasi nilai tukar dolar sehingga menekan harga logam dasar industri seperti nikel pada perdagangan hari ini.
Pada Jumat (11/2/2022) pukul 15:11 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 23.130 WIB, ambles 1,68% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) tumbuh 7,5% year-on-year (yoy) di bulan Januari, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 7% (yoy) juga ekspektasi Reuters sebesar 7,3% (yoy).
Inflasi tersebut menjadi yang tertinggi sejak Februari 1982, dan kembali menguatkan ekspektasi bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga dengan agresif di tahun ini dan kemungkinan sebesar 50 basis poin di bulan Maret nanti.
Ekspektasi pasar mengenai kenaikan suku bunga melonjak tinggi. Berdasarkan data CME Fedwatch, pelaku pasar mengantisipasi bahwa The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan 50 bps pada Maret 2022 dengan probabilitas 92,8%.
Ekspektasi akan kenaikan suku bunga mendorong dolar AS naik ke posisi tertinggi dalam sepekan. Dolar AS tercatat US$ 95,85, naik 0,32% dibandingkan posisi kemarin.
Indeks dolar AS yang naik jadi sentimen negatif terhadap laju nikel. Sebab nikel yang dihargai dengan greenback menjadi lebih mahal dibandingkan mata uang lainnya. Permintaan akan susut, maka harga akan turun. Persediaan yang rendah menopang harga nikel untuk tidak jatuh lebih dalam.
Pada 10 Februari 2022, persediaan nikel di gudang yang dipantau bursa logam London (LME) tercatat 84.720 ton. Jumlah ini turun 67,98% dibandingkan persediaan tertinggi pada bulan April 2021 sebesar 264.606 ton
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joss! Nikel di Pasar London dan China Kompak Melesat