Fed Bakal Kerek Suku Bunga 50 Bps, Rupiah Cuma Melemah 0,07%!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 February 2022 15:21
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (11/2) setelah sebelumnya sukses membukukan penguatan 3 hari beruntun. Meski demikian, pelemahan rupiah terbilang masih tipis jika melihat kemungkinan bank sentral AS (The Fed) yang akan mengerek suku bunga cukup tinggi di bulan depan.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.340/US$. Setelahnya, rupiah sempat melemah hingga 0,17% ke Rp 14.365/US$. Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.350/US$, melemah 0,07% saja. 

Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga melemah melawan dolar AS pada hari ini. Hingga pukul 15:07 WIB, rupee India menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,37%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) tumbuh 7,5% year-on-year (yoy) di bulan Januari, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 7% (yoy) juga ekspektasi Reuters sebesar 7,3% (yoy).

Inflasi tersebut menjadi yang tertinggi sejak Februari 1982, dan kembali menguatkan ekspektasi bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga dengan agresif di tahun ini dan kemungkinan sebesar 50 basis poin di bulan Maret nanti.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat probabilitas sebesar 88,9% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan depan. Dan probabilitas kenaikan 25 basis poin hanya 11,1% saja.

cmeFoto: CME Group

Artinya, pasar melihat The Fed pasti menaikkan suku bunga bulan depan, dan kemungkinan sebesar 50 basis poin menjadi 0,5% - 0,75%.

Meski demikian, dolar AS tidak serta merta menguat tajam, sebab agresivitas The Fed sudah diperkirakan jauh-jauh hari.

Pasca pengumuman kebijakan moneter akhir The Fed Januari lalu, pasar sudah menakar suku bunga akan dinaikkan hingga 125 basis poin di tahun ini. Spekulasi berhembus The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali di tahun ini, 50 basis poin pada bulan Maret, dan tiga kali lagi sisanya masing-masing sebesar 25 basis poin.

Hal tersebut terlihat dari survei yang dilakukan Reuters pada periode 31 Januari - 2 Februari terhadap analis mata uang.

Survei tersebut juga menunjukkan dolar AS masih akan mendominasi hingga 6 bulan ke depan, tetapi tidak akan menguat jauh dari level saat ini. Selain itu, median dari 24 analis menunjukkan agar dolar AS menguat tajam perlu ada tambahan kenaikan sebesar 62,5 basis poin.

Artinya total The Fed perlu menaikkan suku bunga sebesar 187,5 basis poin agar dolar AS bisa menguat tajam.

Tidak hanya pelaku pasar, Bank Indonesia (BI) juga sudah memprediksi The Fed akan agresif menaikkan suku bunga di tahun ini.

"Kami masih mempertahankan prediksi The Fed Tahun ini akan menaikkan 4 kali masing-masing 25 basis poin, mulai Maret kemungkinan 25 basis poin atau 50 basis poin," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur, Kamis (10/1).

Dengan demikian, BI tentunya sudah menyiapkan amunisi untuk menstabilkan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular