Harga Nikel Melandai, Prospeknya Masih Oke?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel mulai melandai setelah kemarin mencatatkan rekor tertinggi sejak satu dekade yang lalu. Laju harga nikel cukup agresif di awal tahun ini. Hingga kemarin logam green energy tersebut sudah naik 6,3%.
Harga nikel dunia ditutup di US$ 22.073/ton kemarin. Menguat tipis 0,07% dibandingkan harga penutupan hari sebelumnya.
Persediaan nikel terus turun sejak bulan April 2021. Terhitung sejak bulan itu, persediaan nikel di gudang bursa logam London telah anjlok 68,8% menjadi 94.872 ton.
Sementara itu, persediaan di gudang bursa berjangka Shanghai (ShFE) mendekati rekor terendah di 4.711 ton.
"Stok nikel di gudang LME sedang ditarik karena dapat digunakan untuk membuat nikel sulfat untuk baterai yang digunakan pada kendaraan listrik," kata analis ING Wenyu Yao.
Pembuat mobil global seperti Volkswagen, General Motors, Toyota Motor Corp, dan Tesla Inc sedang meningkatkan produksi kendaraan listrik di China. China sebagai pasar mobil terbesar di dunia, telah menetapkan target untuk mobil listrik, termasuk hibrida plug-in dan kendaraan sel bahan bakar hidrogen, menghasilkan 20% dari penjualan mobil pada tahun 2025.
Di sisi lain, pabrik-pabrik baja tahan karat (stainless steel) terus membeli nikel untuk persediaan jelang tahun baru imlek. Sehingga persediaan di pasar diperkirakan akan terus rendah.
Nikel saat ini banyak digunakan untuk membuat baja tahan karat (stainless steel). Sedangkan baterai kendaraan listrik menyumbang 5% dari permintaan dan diperkirakan bisa meningkat menjadi 30% pada tahun 2040, kata analis Wisdom Tree Nitesh Shah.
"Ada kesadaran luas betapa pentingnya nikel dalam transisi energi. Sangat sulit untuk melihat bagaimana pasokan nikel kelas 1 (digunakan untuk baterai) dapat memenuhi permintaan," katanya.
"Kami sangat bullish. US$25.000 bukanlah hal yang akan berhenti. Kami (perkirakan) bisa naik jauh lebih tinggi dari itu selama dekade berikutnya," tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)