Jakarta, CNBC Indonesia - Anak usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menjadi emiten pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini.
Sejak debut perdana, Senin (3/1/2022), hingga penutupan perdagangan kemarin, (11/1), saham emiten yang fokus memproduksi batu bara kokas selalu mepet batas auto rejection atas (ARA).
Sementara, hingga berita ini diturunkan, ADMR sempat menyentuh batas ARA meski kemudian kenaikan tersebut kembali terpangkas. Tercatat pada pukul 10.50 WIB, saham ADMR naik 20,34% ke level Rp 710/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 29,03 triliun.
Perdagangan saham ini juga terbilang cukup ramai, dengan volume perdagangan mencapai 332,23 juta saham dan nilai transaksi mencapai Rp 236,99 miliar. Asing tercatat melakukan beli bersih (net buy) Rp 14,69 miliar.
Permintaan kuat dari investor membuat saham milik salah satu taipan terkaya di Indonesia ini telah melonjak 610% dari harga penawaran awal.
Akibat kenaikan signifikan ini, otoritas bursa pada perdagangan Selasa kemarin memasukkan ADMR dalam radar pengawasan lantaran telah terjadi peningkatan harga saham yang di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA).
Menanggapi pergerakan tersebut, Direktur dan Sekretaris Perusahaan ADMR Heri Gunawan mengatakan, perusahaan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek Perseroan."
Terkait melambungnya harga saham ADMR, Heri juga mengaku tidak mengetahui terjadinya perubahan atau pergerakan transaksi saham yang terjadi di pasar, karena hal itu murni merupakan mekanisme pasar.
"Dapat kami tambahkan bahwa tidak ada informasi/fakta/kejadian penting lainnya yang material yang dapat mempengaruhi harga efek Perseroan yang belum diungkapkan ke publik," tulis Heri.
Berdasarkan prospektus penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) yang dirilis, jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 6,05 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 100/saham. Ini setara dengan 15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum. Dengan demikian, ADMR meraup dana segar senilai Rp 604,85 miliar.
Adapun pemilik manfaat perseroan (ultimate beneficial owner) dari ADMR adalah Christian Ariano Rachmat, Crescento Hermawan, Garibaldi Thohir dan Michael W. P. Soeryadjaya yang masing-masing menjabat sebagai anggota direksi PT Adaro Strategic Investments.
Meroketnya harga ADMR tentu memberikan keuntungan finansial bagi pemilik saham. Lantas, berapa cuan Garibaldi 'Boy' Thohir dari investasi di anak usaha Adaro ini?
 Foto: e-IPO Struktur Pemegang Saham Adaro Minerals |
Adaro Energy (ADRO) tercatat secara tidak langsung memiliki 99,99% saham dari Adaro Minerals sebelum IPO. Sebesar 81,76% merupakan kepemilikan langsung dan sisanya secara tidak langsung lewat kepemilikan di PT Alam Tri Abadi dan PT Adaro Mining Technologies.
Sementara itu, kepemilikan saham Boy Thohir di ADMR sebelum IPO mencapai 8,25%. Porsi ini terbagi dari kepemilikan langsung 6,18% di Adaro Energy, kepemilikan 0,66% PT Trinugraha Thohir, Boy Thohir juga menguasai 23,33%, di ADRO, serta kepemilikan total 1,92% secara tidak langsung di ADRO melalui PT Adaro Strategic Capital.
Dengan asumsi tersebut, Setelah IPO, kepemilikan Boy Thohir di ADMR setara 2,83 miliar saham. Dengan harga pelaksanaan Rp 100/per saham dan harga saat ini Rp 710/saham, maka ada margin sekitar Rp 610/per saham. Dengan kata lain, Boy sudah cuan Rp 1,72 triliun jika menggunakan asumsi harga ADMR saat ini dan jumlah kepemilikan saham di ADMR.
Kinerja cemerlang saham ADMR tentu akan mengerek kekayaan bersih Boy Thohir yang akhir tahun lalu ditaksir mencapai US$ 2,6 miliar atau setara dengan Rp 37,31 triliun (kurs Rp 14.350/US$).