
IPO Adaro Minerals di Rp 100/Saham, Simak Jadwalnya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Anak usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO), yakni PT Adaro Minerals Indonesia, telah menetapkan harga penawaran sahamnya di Rp 100/saham. Ini merupakan harga di batas bawah saat book building lalu.
Berdasarkan prospektus penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) yang dirilis, jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 6.048.580.000 dengan nominal Rp 100/saham, setara dengan 15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum. Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan dana senilai Rp 604,85 miliar.
Apabila terjadi kelebihan pemesanan pada penjatahan terpusat (pooling), perusahaan akan menyesuaikan alokasi efek ini sebanyak-banyaknya 558.501.500 saham atau setara dengan 1,37% dengan harga yang sama.
Dana dari IPO ini sebesar 58,3% akan digunakan untuk keperluan pemberian pinjaman kepada anak usahanya, PT Maruwai Coal (MC), untuk belanja modal berupa perbaikan dan peningkatan kapasitas infrastruktur pertambangan batu bara serta infrastruktur pendukung.
Hal ini diberikan dalam rangka meningkatnya produksi batu bara dan biaya eksplorasi dalam rangka keperluan pengembangan teknik penambangan di Lampunut dalam kurun waktu tahun 2022 sampai dengan 2023.
Sedangkan sisanya akan digunakan untuk membayar kembali sebagian pokok pinjaman perusahaan ada Adaro Energy.
Perusahaan akan bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
IPO ini telah mendapatkan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ada 23 Desember 2021 lalu dan akan melakukan penawaran umum pada 27-29 Desember 2021 nanti.
Pencatatan saham perusahaan ini ditargetkan akan dilakukan pada hari perdagangan pertama tahun depan, tepatnya pada 3 Januari 2022.
Perusahaan ini bergerak di bidang usaha pertambangan dan perdagangan batu bara metalurgi dan jasa konsultasi manajemen.
Secara kinerja, perusahaan mencatatkan laba tahun berjalan Rp US$ 44,99 juta atau Rp 638,85 miliar per 31 Desember 2021 lalu. Nilai ini berbanding terbalik dengan posisi di periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan kerugian US$ 18,63 juta.
Pendapatan usaha perusahaan pada periode ini mencapai US$ 206,62 juta atau Rp 2,93 triliun. Naik signifikan dari posisi akhir Agustus 2020 yang sebesar US$ 74,79 juta.
Aset perusahaan tercatat senilai US$ 811,001 juta, turun dari posisi US$ 855,22 juta di akhir 2020. Liabilitas tercatat senilai US$ 761,96 juta, meningkat dari posisi US$ 596,07 juta di tahun lalu.
Ekuitas perusahaan turun drastis menjadi US$ 49,03 juta dari posisi yang sama tahun lalu sebesar US$ 259,14 juta per 31 Desember 2020.
(mon/dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Satu Lagi Perusahaan Boy Thohir IPO, Ini Harganya
