
Harga Naik Gila-gilaan, Ini 'Raja' Pembuat Minyak Goreng

Di Indonesia, minyak goreng yang paling sering digunakan adalah Minyak Goreng Sawit (Refined Bleached Deodourised Olein/RDBO). Hal ini karena Indonesia merupakan negara penghasil sawit terbesar, minyak ini juga cukup ideal dari segi harga dan ketersediaan. Mengingat jika harus mengimpor jenis minyak nabati yang tidak bisa diproduksi di Indonesia, perlu biaya yang besar. Yang pada akhirnya mempengaruhi daya jual sehingga hanya dapat dikonsumsi oleh golongan masyarakat tertentu.
Produksi minyak goreng di Indonesia dikuasai oleh beberapa konglomerat bisnis besar, yang mana pabrik pengolahan dan pemurnian sebagian bebar terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit.
Berikut adalah 5 taipan dan konglomerat bisnis dibalik beberapa merek minyak goreng utama yang dekat dengan telinga masyarakat Indonesia.
Anthoni Salim
Anthoni Salim yang merupakan salah satu taipan yang diuntungkan dari kenaikan harga CPO. Duo emiten kelompok usaha agribisnis milik Group Salim PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) mampu mencatatkan kinerja yang cukup impresif.
Ivomas, emiten yang bergerak pada proses peningkatan nilai tambah produk agribisnis dan pemasaran produk minyak goreng ini dengan merek dagang Bimoli, Delima dan Happy Soya Oil ini mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp 563 miliar hingga akhir kuartal ketiga tahun ini, mengalami perbaikan dari rugi bersih yang diperoleh sebesar Rp 172 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu laba bersih LSIP juga meningkat hingga 171% menjadi Rp 752 miliar pada akhir September 2021.
Anthoni Salim tercatat sebagai orang terkaya ketiga di Indonesia dan diperkirakan mencapai US$ 8,5 miliar.
Grup Sinarmas
Grup Sinarmas, konglomerasi yang didirikan oleh mendiang Eka Tjipta Widjaja ini memiliki unit usaha agribisnis di bawah naungan Sinar Mas Agro Resources and Tech Tbk (SMAR). SMAR adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa sawit yang terintegrasi dan terkemuka di Indonesia, adapun produk minyak goreng yang diproduksi termasuk Filma, Mitra, Kunci Mas dan Palmvita.
Berkat harga CPO yang terus membaik, SMAR mampu mencatatkan perbaikan kinerja laba dengan kenaikan fantastis. Laba bersih SMAR tercatat naik 734% dari semula hanya sebesar Rp 1,79 triliun pada September 2021.
Keluarga Widjaja merupakan taipan terkaya kedua di Indonesia dengan kekayaan mencapai US$ 9,7 miliar.
Grup Musim Mas
Musim Mas Group merupakan konglomerasi yang bergerak di lini bisnis utama minyak sawit atau CPO yang dikendalikan oleh Bachtiar Karim. Lini produk minyak goreng yang diproduksi termasuk merek SunCo, Tani dan Amago.
Musim Mas Group sendiri dalam laman resmi perusahaan mengklaim sebagai salah satu perusahaan minyak sawit terintegrasi terbesar di dunia dengan operasi yang mencakup seluruh rantai nilai di wilayah Amerika, Eropa, dan Asia.
Bermula dari pabrik sabun Nam Cheong yang dimulai di Medan, kini Musim Mas memiliki operasi di 13 negara dengan produk turunan digunakan secara luas di berbagai industri.
Forbes mencatat pada tahun 2021, Bachtiar Karim tercatat menjadi orang terkaya ke-10 di Indonesia dengan total kekayaan bersih mencapai US$ 3,5 miliar atau setara dengan Rp 50,22 triliun.
Grup Wilmar
Bersama pengusaha Singapura Kuok Khoon Hong, Martua Sitorus mendirikan grup perusahaan agribisnis Wilmar Internasional yang merupakan salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar yang tercatat di Bursa Efek Singapura.
Produk minyak goreng perusahaan yang dijual bebas di pasar Indonesia dan dekat dengan masyarakat termasuk merek Sania dan Fotune.
Minyak sawit (minyak goreng) yang diekstrak dari biji sawit adalah jenis minyak nabati yang paling banyak digunakan dan merupakan produk utama Wilmar.
Laman resmi perusahaan mengatakan jika Wilmar adalah salah satu pemilik perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia dengan total luas tanam 232.053 hektar (ha) per 31 Desember 2020, di mana sekitar 65% berada di Indonesia dengan lokasi tersebar di Sumatera, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Forbes mencatat pada tahun 2021 kekayaan Martua Sitorus mencapai US$ 2,85 miliar atau setara dengan Rp 40,89 triliun.
Royal Golden Eagle
Sukanto Tanoto adalah konglomerat pemilik grup usaha Royal Golden Eagle International (RGEI). Konglomerasi bisnis RGE, bergerak di berbagai industri termasuk perkebunan Kelapa Sawit (Asian Agri dan Apical).
Adapun merek minyak goreng yang diperdagangkan oleh perusahaan termasuk Camar dan Harumas.
Asian Agri dalam laman web resminya mengatakan bahwa perusahaan memiliki 30 perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Provinsi Riau, Jambi, dan Sumatera Utara seluas 100.000 hektar.
Sedangkan situs resmi Apical mencatat perusahaan memiliki 6 kilang pemurnian, 3 pabrik biodiesel, satu pabrik pengolahan inti sawit dan satu pabrik oleokimia. Perusahaan memproduksi margarin, turunan lemak hingga biodiesel.
Dicatat Forbes, kekayaan Sukanto Tanoto mencapai US$ 2,1 miliar pada tahun 2021.
(fsd/fsd)