RI Rajanya Sawit, Kok Harga Minyak Goreng Melambung?

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
13 November 2021 17:20
Pekerja memasukkan minyak goreng curah kedalam jiregen minyak di toko agen minyak goreng curah di kawasan Cipete, Jakarta, 29/10. Di tengah mahalnya harga minyak goreng (migor) karena kenaikan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) hingga 35 persen, membuat industri sawit nasional untung besar. Minyak goreng curah di Jakarta mengalami kenaikan. Untuk satu jeriken ukuran 17 kg dijual dengan harga Rp299.000. Mengutip dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, Senin (25/10/2021), jenis minyak goreng yang mengalami lonjakan adalah minyak goreng kemasan bermerek 1, minyak goreng kemasan bermerek 2, serta minyak goreng curah. Di pasar tradisional kenaikan berkisar Rp 2 ribu sampai Rp 4 ribu per liternya. Harga minyak goreng naik serempak, baik curah maupun kemasan bermerek.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Minyak Goreng Curah (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak goreng melonjak beberapa bulan terakhir. Hal ini menyusahkan masyarakat karena minyak dari sawit ini menjadi salah satu kebutuhan pokok.

Menurut data Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKKAPI) harga minyak goreng ditingkat pasar terus meningkat. Per Oktober sudah menyentuh Rp 19.000-Rp 20.000 per liter. Padahal harga eceran tertinggi (HET) di Rp 12.000-Rp 13.000.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan, menjelaskan harga minyak goreng ini memang sangat tergantung pada bahan baku Crude Palm Oil (CPO), yang saat ini juga melonjak harganya.

"CPO naik karena terjadi gangguan pasokan dunia untuk bahan baku nabati," kata Oke kepada CNBC Indonesia, Sabtu (13/11/2021).

Dia menjabarkan beberapa penyebabnya, seperti terjadi gangguan panen dari Canada dan Argentina sebagai pemasok minyak Canola terbesar. Tercatat paling tidak produksinya turun sekitar 7% yang menyebabkan pasokan dunia terganggu.

Selain itu produksi CPO Malaysia turun sektiar 8% karena kekurangan tenaga kerja imbas pandemi juga menjadi salah satu masalah kenaikan harga.

Oke melanjutkan, krisis energi pada beberapa negara seperti India, China, Eropa sehingga mengalihkan ke bioenergy, termasuk bio disel. Sehingga konsumsi bahan bakar dari minyak sawit itu melonjak, menumbuhkan permintaan yang besar.

"Biaya logistik tinggi akibat pandemi karena penurunan frekuensi pelayaran, yang membuat space kapal angkut terbatas juga berdampak pada kelangkaan kontainer internasional," katanya.

Upaya Pemerintah

Oke menegaskan pemerintah sudah melakukan upaya mitigasi permasalahan harga minyak goreng. Dengan cara memastikan stok dalam negeri saat ini 628 ribu ton cukup untuk jangka waktu 1,5 bulan.

"Jangan sampai CPO di ekspor semua," katanya.

Pihaknya juga melakukan pembahasan penyediaan minyak goreng dengan kemasan sederhana, secara marathon dibahas dengan pelaku usaha. Minimal untuk mengamankan sampai Natal dan Tahun baru.

Untuk diketahui entitas produsen minyak goreng berbeda dengan pelaku usaha kebon sawit. Hanya sebagian kecil produsen CPO yang terafiliasi dengan produsen minyak goreng. Sehingga produsen minyak goreng sangat tergantung dari harga CPO.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setelah 'Hancur-Hancuran', Harga CPO Akhirnya Naik Nyaris 3%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular