
Harga CPO Tinggi, Moody's Pertimbangkan Pangkas Rating TBLA

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat internasional, Moody's Investors Service mulai mempertimbangkan untuk memangkas peringkat (rating) corporate family (CFR) perusahaan perkebunan kelapa sawit dan produsen minyak goreng, PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) menjadi B1.
Moody's juga telah menurunkan peringkat menjadi B1 pada obligasi senior tanpa jaminan yang diterbitkan oleh TBLA International Pte. Ltd., anak usaha yang sepenuhnya dimiliki oleh Tunas Baru Lampung.
Pada saat yang sama, Moody's juga telah mengubah prospek peringkat TBLA menjadi peringkat yang sedang ditinjau, dari sebelumnya di peringkat stabil.
"Review peringkat mencerminkan kemungkinan penurunan peringkat jika TBLA gagal untuk membiayai kembali obligasi besar yang jatuh tempo pada kuartal pertama tahun 2023, setidaknya 12 bulan lebih cepat dari jatuh tempo yang dijadwalkan," kata Maisam Hasnain, Vice President Moody dan Analis Senior.
"Kami berharap TBLA akan meningkatkan pinjaman bank domestik baru untuk membiayai kembali obligasi pada Desember 2021, jika ada penundaan, perusahaan memiliki pilihan pendanaan alternatif yang terbatas untuk mengatasi jatuh tempo yang menjulang. " tambah Hasnain.
Review tersebut akan berfokus kepada kemampuan TBLA untuk meringankan risiko jangka pendeknya, yakni risiko refinancing dengan pinjaman bank baru dan setiap tindakan lanjutan, termasuk eencana pendanaan cadangan jika pinjaman baru tidak dieksekusi pada Desember mendatang.
Moody's memperkirakan TBLA akan menaikkan pinjaman bank domestiknya pada Desember mendatang, untuk membiayai kembali obligasi senilai US$ 168 juta yang jatuh tempo pada Januari 2023, dan Rp 1,3 triliun obligasi mata uang lokal yang jatuh tempo pada Maret 2023.
Kemampuan perusahaan untuk menaikkan utang baru tepat waktu akan sangat penting untuk mengatasi risiko refinancing, karena Moody's menilai likuiditas perseroan masih lemah, dengan kebutuhan uang tunai jauh melebihi sumber uang tunai 18 bulan mendatang.
Namun, eksekusi tepat waktu pinjaman baru didasarkan pada kondisi pasar dan persetujuan kredit dari bank. Setiap penundaan yang tak terduga akan mengharuskan kebutuhan untuk rencana pengumpulan dana alternatif yang kemungkinan bisa memakan lebih banyak waktu dan semakin memperburuk risiko refinancing dalam jangka pendek.
Sejak April lalu, TBLA mengurangi obligasi dolar AS-nya yang beredar sebesar sepertiga dari pokoknya US$ 250 juta, dengan meningkatkan pinjaman senior tanpa jaminan baru.
Terlepas dari sisi positif dari refinancing, obligasi yang jatuh tempo akan berisiko besar dan diganti dengan amortisasi pinjaman yang dijamin.
Hal ini dapat melemahkan fleksibilitas keuangan TBLA, di mana pemberian dana dalam modal kerja yang sering mempengaruhi arus kas operasi dan amortisasi pinjaman yang cukup besar kemungkinan akan menjaga Likuiditas perusahaan terus melemah.
Pada Juni 2021, sebesar 19% dari kas TBLA merupakan total utang jangka pendeknya (tidak termasuk bagian dari utang jangka panjangnya). Angka ini turun dari 91% pada Desember 2019.
Tingkat utang jangka pendek yang terus-menerus meningkat membuat perusahaan rentan terkena risiko likuiditas, jika terjadi tekanan pasar.
Mengingat peringkat utang TBLA sedang ditinjau untuk downgrade, maka potensi upgrade peringkat tidak mungkin terjadi setidaknya selama 12 bulan mendatang.
Moody's juga dapat menurunkan peringkat setidaknya dua kali, jika TBLA tidak dapat mendapatkan dana yang cukup untuk menghilangkan risiko refinancing terkait dengan jatuh tempo obligasi yang besar, setidaknya 12 bulan lebih cepat dari yang dijadwalkan.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article India Batasi Ekspor, Stok & Harga Gula RI Aman Gak Nih?
