Taipan Sawit Makin Tajir, Saat Rakyat Jelata Teriak Migor

Tim Riset, CNBC Indonesia
07 April 2022 15:50
Penjualan Minyak Goreng
Foto: Penjualan Minyak Goreng (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak pandemi virus corona (Covid-19) melanda, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) telah mengalami kenaikan sangat tajam dan berkali-kali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Sebagai produsen utama dengan konsumsi domestik tinggi, lonjakan harga CPO tersebut memberikan efek ganda, ada yang sangat diuntungkan serta yang dirugikan. Paling diuntungkan tentunya perusahaan yang bergerak di sektor kelapa sawit.

Hal tersebut terlihat dari kinerja pendapatan dan laba yang mengalami peningkatan drastis, bagi perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), harga sahamnya juga ikut menanjak tajam. Alhasil para bos perusahaan CPO dan pemegang sahamnya pun semakin kaya raya.

Tentu yang dirugikan adalah masyarakat luas sebagai konsumen utama produk turunan dari kelapa sawit. Harga minyak goreng yang berbahan dasar minyak sawit lainnya mengalami lonjakan harga gila-gilaan.

Di masa awal pandemi Covid-19, harga CPO memang sempat longsor. Pada Mei 2020 lalu harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia untuk kontrak 3 bulan sempat menyentuh harga 1.939 ringgit (MYR) per ton. Tetapi sejak saat itu, harga minyak nabati ini terus menanjak.

Sepanjang 2020, minyak sawit mentah tercatat membukukan penguatan 18%, dan di tahun 2021 melesat lebih dari 30%. Kuartal I-2022 menjadi puncak meroketnya harga.

Pada 9 Maret lalu, CPO menyentuh harga MYR 7.268/ton yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa, berdasarkan data Refinitiv. Dari posisi akhir 2021 hingga ke rekor tersebut, CPO meroket lebih dari 55%.

Kenaikan tersebut merupakan dampak dari faktor musiman yang membuat tingkat produksi menurun yang diperparah oleh masalah logistik hingga meletusnya perang Rusia dan Ukraina.

CPO sebagai minyak nabati memiliki beberapa substitusi, seperti minyak bunga matahari dan minyak kedelai.

Saat perang Rusia dan Ukraina terjadi, pasokan minyak bunga matahari menjadi terganggu, sebab kedua negara adalah produsen terbesar.

Mengutip data dari Statista, Ukraina memproduksi 17,5 juta metrik ton biji bunga matahari di musim panen 2021/2022, sementara Rusia sebanyak 15,4 juta metrik ton. Gangguan supply tersebut membuat konsumen beralih ke minyak sawit yang membuat harganya terus melambung di tiga bulan pertama tahun ini.

Meski demikian tren kenaikannya terhenti di rekor tersebut, setelahnya terus mengalami penurunan dan menutup bulan Maret di MYR 5.705/ton. Dengan demikian, sepanjang kuartal I-2022, CPO mengalami kenaikan sekitar 21%.

Lantas bagaimana pengaruh booming harga komoditas ekspor utama RI terhadap taipan penguasa industri sawit, khususnya konglomerasi usaha sawit yang dikelola? Berikut TIM RISET CNBC INDONESIA coba menguraikan Grup Usaha yang diuntungkan dari reli harga sawit tahun ini.

Grup Salim

Anthoni Salim yang merupakan salah satu taipan yang diuntungkan. Duo emiten kelompok usaha agribisnis milik Group Salim PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) mampu mencatatkan kinerja yang cukup impresif.

Ivomas, emiten yang bergerak pada proses peningkatan nilai tambah produk agribisnis dan pemasaran produk minyak goreng ini mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp 984,41 miliar sepanjang tahun 2021, tumbuh 320,19% dari capaian tahun 2020 lalu. Aset perusahaan juga tercatat mengalami peningkatan.

Kinerja fantastis tersebut membuat SIMP memberikan imbalan kerja jangka pendek kepada manajemen kunci (termasuk dewan komisaris dan direksi) Kelompok Usaha senilai Rp 170,89 miliar pada 2021.Jumlah tersebut meningkat dari total yang dibayarkan pada tahun 2020 sebesar Rp 117,95 miliar.

Selain itu emiten satunya yang bergerak di industri perkebunan kelapa sawit dan karet, PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) juga melaporkan kenaikan laba bersih yang fantastis.

Laba bersih LSIP meningkat hingga 42% menjadi Rp 991 miliar pada akhir tahun 2021, dari periode yang sama tahun sebelumnya. Alhasil perusahaan membayarkan imbalan kerja jangka pendek kepada manajemen kunci (termasuk dewan komisaris dan direksi) Perusahaan dan entitas anaknya sebesar Rp 55,68 miliar pada tahun lalu, naik dari tahun 2020 sebesar Rp 40,53 miliar.

Akhir tahun lalu, Majalah Forbes menaksir kekayaan bersih Anthoni Salim mencapai US$ 8,5 atau setara dengan Rp 121,97 triliun (kurs Rp 14.350/US$), meningkat 44% dari tahun sebelumnya.

Sejak awal tahun ini saham LSIP tercatat naik 18,99% dan saham SIMP meningkat sebesar 9,65%.

Grup Sinarmas

Grup Sinarmas, konglomerasi yang didirikan oleh mendiang Eka Tjipta Widjaja ini memiliki unit usaha agribisnis di bawah naungan Sinar Mas Agro Resources and Tech Tbk (SMAR). SMAR adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa sawit yang terintegrasi dan terkemuka di Indonesia.

Berkat harga CPO yang terus membaik, SMAR mampu mencatatkan perbaikan kinerja laba dengan kenaikan fantastis. Laba bersih SMAR tercatat naik menjadi Rp 2,83 triliun akhir tahun lalu. Hal ini salah satunya didorong oleh pendapatan perusahaan yang terkerek naik 41% menjadi Rp 57 triliun.

Akibat kinerja fantastis tersebut, perusahaan memberikan kompensasi kepada dewan komisaris dan direksi perusahaan sebesar Rp 77,13 miliar pada 2021. Sebelumnya, pada 2020, dewan komisaris dan direksi perseroan menerima kompensasi Rp 63,60 miliar.

Tahun lalu, kekayaan keluarga Widjaja yang mewarisi kerajaan bisnis Eka Tjipta Widjaja yang meninggal pada Januari 2019 di usia 98 tahun ditaksir mencapai US$ 9,7 miliar, hanya kalah dari duo Hartono.

Sepanjang tahun 2022, saham SMAR mengalami apresiasi 8,26%.

Grup Astra

Konglomerasi Grup Astra juga memiliki gurita bisnis di berbagai sektor mulai dari otomotif, jasa keuangan hingga pertambangan dan energi. Astra juga ikut terjun dalam industri agribisnis khususnya kelapa sawit melalui PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).

Sepanjang tahun lalu, pendapatan Astra Agro Lestari mampu tumbuh 29 % menjadi Rp 10,83 24,32 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Tumbuhnya pendapatan mampu mendongkrak kinerja laba perusahaan yang laba bersihnya naik hingga 136% menjadi Rp 1,97 triliun.

Tahun lalu, AALI memberikan total kompensasi, berupa imbalan jangka pendek, kepada personil manajemen kunci yang berjumlah 35 orang sebesar Rp 51,23 miliar pada 2021. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 37,99 miliar.

Sepanjang tahun 2022, saham AALI mengalami apresiasi 29,74%.

Grup Sampoerna

Meskipun bisnis utamanya adalah produk turunan tembakau, Grup Sampoerna juga tidak mau kehilangan pangsa pasar CPO yang cukup menjanjikan, konglomerasi bisnis ini hadir melalui PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) yang berlokasi di Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Riau.

Pendapatan SGRO tahun lalu meningkat 48% menjadi Rp 5,2 triliun, sehingga mampu menggenjot laba perusahaan yang terbang nyaris 500% menjadi Rp 802 miliar.

SGRO membayarkan total kompensasi bruto kepada manajemen kunci (termasuk dewan komisaris dan direksi) Grup sebesar Rp 38,65 miliar pada tahun lalu, bertambah dari periode tahun sebelumnya Rp 37,16 miliar.

Tahun lalu kekayaan Putra Sampoerna ditaksir mencapai US$ 1,84 miliar.

Sepanjang tahun 2022, saham SGRO mengalami apresiasi 9,27%.

Grup Triputra

Triputra Group melalui PT. Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG)meramaikan kompetisi usaha agribisnis nasional. Meski memulai usaha di industri perkayuan pada tahun 1980 dan baru memulai ekspansi ke bisnis kelapa sawit secara resmi pada 1996, perusahaan ini telah berkembang dan menjadi pemain penting di dunia kelapa sawit Indonesia.

Reli harga CPO, berkontribusi terhadap peningkatan laba emiten kelapa sawit milik Grup Triputra yakni dan Triputra Agro Persada (TAPG).

DSNG memberikan gaji dan imbalan jangka pendek kepada personil manajemen kunci, yakni direktur dan komisaris, sebesar Rp 53,55 miliar, naik dari tahun 2020 yang sebesar Rp 49,03 miliar.

Sementara itu TAPG membayarkan imbalan kerja jangka pendek kepada manajemen kunci sebesar Rp 50,41 miliar untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2021, meningkat dari periode sebelumnya sebesar Rp 44,79 miliar.

Kekayaan TP Rachmat juga ikut meningkat tajam, dari semula berada di peringkat 15 dengan kekayaan US$ 2,84 miliar tahun lalu, kini berdasarkan data realtime dari Forbes kekayaannya telah naik menjadi US$ 3,3 miliar dan berada di posisi kedelapan.

Selain masih banyak taipan lain yang diuntungkan oleh reli harga sawit yang mana perusahaannya tidak ditawarkan ke publik atau melantai di negara lain.

Berikut beberapa nama taipan kelapa sawit utama RI Lainnya

Bachtiar Karim, ia dikenal lewat sepak terjangnya di Musim Mas Group, konglomerasi yang bergerak di lini bisnis utama minyak sawit atau CPO. Kekayaan bersihnya tahun lalu ditaksir mencapai US$ 3,5 miliar.

Musim Mas Group merupakan salah satu perusahaan minyak sawit terintegrasi terbesar di dunia dengan operasi yang mencakup seluruh rantai nilai di wilayah Amerika, Eropa, dan Asia.

Martua Sitorus, bisnisnya besar dari keikutsertaan membangun Wilmar, perusahaan kelapa sawit yang beroperasi luas di Indonesia dan melantai di bursa Singapura. Kekayaan bersihnya tahun lalu mencapai US$ 2,85 miliar.

Peter Sondakh, ia memiliki bisnis kelapa sawit lewat PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), kekayaan bersihnya tahun lalu mencapai US$ 2,15 miliar.

Sukanto Tanoto, bisnisnya besar setelah membangun grup bisnis Royal Golden Eagle, kekayaan bersihnya tahun lalu mencapai US$ 2,1 miliar.

Ciliandra Fangiono, bisnisnya berasal dari perkebunan kelapa sawit di Indonesia dengan perusahaan melantai di Singapura. Kekayaan bersihnya tahun lalu mencapai US$ 1,83 miliar.

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular