Grup Salim
Anthoni Salim yang merupakan salah satu taipan yang diuntungkan. Duo emiten kelompok usaha agribisnis milik Group Salim PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) mampu mencatatkan kinerja yang cukup impresif.
Ivomas, emiten yang bergerak pada proses peningkatan nilai tambah produk agribisnis dan pemasaran produk minyak goreng ini mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp 984,41 miliar sepanjang tahun 2021, tumbuh 320,19% dari capaian tahun 2020 lalu. Aset perusahaan juga tercatat mengalami peningkatan.
Kinerja fantastis tersebut membuat SIMP memberikan imbalan kerja jangka pendek kepada manajemen kunci (termasuk dewan komisaris dan direksi) Kelompok Usaha senilai Rp 170,89 miliar pada 2021.Jumlah tersebut meningkat dari total yang dibayarkan pada tahun 2020 sebesar Rp 117,95 miliar.
Selain itu emiten satunya yang bergerak di industri perkebunan kelapa sawit dan karet, PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) juga melaporkan kenaikan laba bersih yang fantastis.
Laba bersih LSIP meningkat hingga 42% menjadi Rp 991 miliar pada akhir tahun 2021, dari periode yang sama tahun sebelumnya. Alhasil perusahaan membayarkan imbalan kerja jangka pendek kepada manajemen kunci (termasuk dewan komisaris dan direksi) Perusahaan dan entitas anaknya sebesar Rp 55,68 miliar pada tahun lalu, naik dari tahun 2020 sebesar Rp 40,53 miliar.
Akhir tahun lalu, Majalah Forbes menaksir kekayaan bersih Anthoni Salim mencapai US$ 8,5 atau setara dengan Rp 121,97 triliun (kurs Rp 14.350/US$), meningkat 44% dari tahun sebelumnya.
Sejak awal tahun ini saham LSIP tercatat naik 18,99% dan saham SIMP meningkat sebesar 9,65%.
Grup Sinarmas
Grup Sinarmas, konglomerasi yang didirikan oleh mendiang Eka Tjipta Widjaja ini memiliki unit usaha agribisnis di bawah naungan Sinar Mas Agro Resources and Tech Tbk (SMAR). SMAR adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa sawit yang terintegrasi dan terkemuka di Indonesia.
Berkat harga CPO yang terus membaik, SMAR mampu mencatatkan perbaikan kinerja laba dengan kenaikan fantastis. Laba bersih SMAR tercatat naik menjadi Rp 2,83 triliun akhir tahun lalu. Hal ini salah satunya didorong oleh pendapatan perusahaan yang terkerek naik 41% menjadi Rp 57 triliun.
Akibat kinerja fantastis tersebut, perusahaan memberikan kompensasi kepada dewan komisaris dan direksi perusahaan sebesar Rp 77,13 miliar pada 2021. Sebelumnya, pada 2020, dewan komisaris dan direksi perseroan menerima kompensasi Rp 63,60 miliar.
Tahun lalu, kekayaan keluarga Widjaja yang mewarisi kerajaan bisnis Eka Tjipta Widjaja yang meninggal pada Januari 2019 di usia 98 tahun ditaksir mencapai US$ 9,7 miliar, hanya kalah dari duo Hartono.
Sepanjang tahun 2022, saham SMAR mengalami apresiasi 8,26%.
Grup Astra
Konglomerasi Grup Astra juga memiliki gurita bisnis di berbagai sektor mulai dari otomotif, jasa keuangan hingga pertambangan dan energi. Astra juga ikut terjun dalam industri agribisnis khususnya kelapa sawit melalui PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
Sepanjang tahun lalu, pendapatan Astra Agro Lestari mampu tumbuh 29 % menjadi Rp 10,83 24,32 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tumbuhnya pendapatan mampu mendongkrak kinerja laba perusahaan yang laba bersihnya naik hingga 136% menjadi Rp 1,97 triliun.
Tahun lalu, AALI memberikan total kompensasi, berupa imbalan jangka pendek, kepada personil manajemen kunci yang berjumlah 35 orang sebesar Rp 51,23 miliar pada 2021. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 37,99 miliar.
Sepanjang tahun 2022, saham AALI mengalami apresiasi 29,74%.
Grup Sampoerna
Meskipun bisnis utamanya adalah produk turunan tembakau, Grup Sampoerna juga tidak mau kehilangan pangsa pasar CPO yang cukup menjanjikan, konglomerasi bisnis ini hadir melalui PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) yang berlokasi di Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Riau.
Pendapatan SGRO tahun lalu meningkat 48% menjadi Rp 5,2 triliun, sehingga mampu menggenjot laba perusahaan yang terbang nyaris 500% menjadi Rp 802 miliar.
SGRO membayarkan total kompensasi bruto kepada manajemen kunci (termasuk dewan komisaris dan direksi) Grup sebesar Rp 38,65 miliar pada tahun lalu, bertambah dari periode tahun sebelumnya Rp 37,16 miliar.
Tahun lalu kekayaan Putra Sampoerna ditaksir mencapai US$ 1,84 miliar.
Sepanjang tahun 2022, saham SGRO mengalami apresiasi 9,27%.
Grup Triputra
Triputra Group melalui PT. Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG)meramaikan kompetisi usaha agribisnis nasional. Meski memulai usaha di industri perkayuan pada tahun 1980 dan baru memulai ekspansi ke bisnis kelapa sawit secara resmi pada 1996, perusahaan ini telah berkembang dan menjadi pemain penting di dunia kelapa sawit Indonesia.
Reli harga CPO, berkontribusi terhadap peningkatan laba emiten kelapa sawit milik Grup Triputra yakni dan Triputra Agro Persada (TAPG).
DSNG memberikan gaji dan imbalan jangka pendek kepada personil manajemen kunci, yakni direktur dan komisaris, sebesar Rp 53,55 miliar, naik dari tahun 2020 yang sebesar Rp 49,03 miliar.
Sementara itu TAPG membayarkan imbalan kerja jangka pendek kepada manajemen kunci sebesar Rp 50,41 miliar untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2021, meningkat dari periode sebelumnya sebesar Rp 44,79 miliar.
Kekayaan TP Rachmat juga ikut meningkat tajam, dari semula berada di peringkat 15 dengan kekayaan US$ 2,84 miliar tahun lalu, kini berdasarkan data realtime dari Forbes kekayaannya telah naik menjadi US$ 3,3 miliar dan berada di posisi kedelapan.
Selain masih banyak taipan lain yang diuntungkan oleh reli harga sawit yang mana perusahaannya tidak ditawarkan ke publik atau melantai di negara lain.
Berikut beberapa nama taipan kelapa sawit utama RI Lainnya
Bachtiar Karim, ia dikenal lewat sepak terjangnya di Musim Mas Group, konglomerasi yang bergerak di lini bisnis utama minyak sawit atau CPO. Kekayaan bersihnya tahun lalu ditaksir mencapai US$ 3,5 miliar.
Musim Mas Group merupakan salah satu perusahaan minyak sawit terintegrasi terbesar di dunia dengan operasi yang mencakup seluruh rantai nilai di wilayah Amerika, Eropa, dan Asia.
Martua Sitorus, bisnisnya besar dari keikutsertaan membangun Wilmar, perusahaan kelapa sawit yang beroperasi luas di Indonesia dan melantai di bursa Singapura. Kekayaan bersihnya tahun lalu mencapai US$ 2,85 miliar.
Peter Sondakh, ia memiliki bisnis kelapa sawit lewat PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), kekayaan bersihnya tahun lalu mencapai US$ 2,15 miliar.
Sukanto Tanoto, bisnisnya besar setelah membangun grup bisnis Royal Golden Eagle, kekayaan bersihnya tahun lalu mencapai US$ 2,1 miliar.
Ciliandra Fangiono, bisnisnya berasal dari perkebunan kelapa sawit di Indonesia dengan perusahaan melantai di Singapura. Kekayaan bersihnya tahun lalu mencapai US$ 1,83 miliar.