
Saham Allo Bank Pimpin Kenaikan Saham Bank Mini

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten bank digital milik pengusaha Chairul Tanjung PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) memimpin kenaikan saham-saham bank mini (bermodal inti di bawah Rp 6 triliun) dan bank digital lainnya pagi ini, Senin (10/1/2022).
Berikut kenaikan saham-saham bank mini, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.59 WIB.
Allo Bank Indonesia (BBHI), saham +19,82%, ke Rp 6.800/saham
Bank Raya Indonesia (AGRO), +7,86%, ke Rp 1.510/saham
Bank Amar Indonesia (AMAR), +5,17%, ke Rp 488/saham
Bank Bumi Arta (BNBA), +5,11%, ke Rp 3.290/saham
Bank MNC Internasional (BABP), +4,82%, ke Rp 174/saham
Bank Jago (ARTO), +1,46%, ke Rp 19.075/saham
Bank Ina Perdana (BINA), +1,36%, ke Rp 3.740/saham
Bank Artha Graha Internasional (INPC), +0,78%, ke Rp 129/saham
Saham BBHI tercatat memimpin 'klasemen' dengan melonjak 19,82% ke Rp 6.800/saham, melanjutkan kenaikan selama 6 hari perdagangan beruntun.
Asal tahu saja, mulai perdagangan Senin ini (10/1), BBHI menggunakan harga teoritis Rp 5.675/saham. Harga tersebut dihitung berdasarkan harga penutupan pada Jumat (7/1/) pekan lalu di Rp 10.150/saham.
Kenaikan saham BBHI sendiri terjadi menjelang tanggal pencatatan (recording date) Daftar Pemegang Saham yang berhak atas HMETD yang jatuh pada Selasa besok (11/1).
Adapun perhitungan tersebut berkaitan dengan proses penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMTED) atau rights issue Allo Bank yang sedang berlangsung.
Sebelumnya, tujuh investor strategis menyatakan akan masuk ke Allo Bank melalui aksi korporasi penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMTED) atau rights issue.
Ketujuh investor strategis itu adalah CT Corp, Grup Salim, Growtheum Capital Partners, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), Grab, Traveloka, dan Carro. Empat nama terakhir merupakan perusahaan dengan gelar unicorn.
Unicorn adalah sebuah istilah untuk perusahaan rintisan (startup) yang memiliki valuasi US$ 1 miliar.
Mengutip prospektus rights issue Allo Bank, Allo Bank rencananya menerbitkan sebanyak 10.047.322.871 saham baru yang setara 46,24% dari modal disetor perusahaan melalui perhelatan tersebut.
Harga pelaksanaan rights issue bank milik pengusaha nasional Chairul Tanjung ini dipatok pada level Rp 478/saham. Dus, Allo Bank bakal meraup dana segar hingga Rp 4,80 triliun.
Di bawah saham BBHI, ada saham AGRO dan AMAR yang masing-masing melesat 7,86% dan 5,17% pagi ini.
Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan bank untuk memiliki modal minimal Rp 2 triliun per akhir tahun 2021 jika tak mau turun kasta menjadi BPR alias Bank Perkreditan Rakyat.
Sementara, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa keuangan (OJK) Heru Kristiyana menjelaskan, proses bank-bank tersebut meningkatkan modal inti terus berjalan.
Heru menambahkan, upaya meningkatkan modal inti tersebut dilakukan oleh bank dengan melakukan konsolidasi atau mencari partner strategis. "Semua bank itu sudah mengarah ke sana, saya yakin benar, pasti mereka akan memenuhi aturan kita. Kalau tidak penuhi sanksi berat, turun kelas menjadi BPR," kata Heru Kristiyana, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Kamis (25/11/2021).
Adapun, untuk tahun 2022 ini, modal minimal bank harus mencapai Rp 3 triliun sebagaimana termaktub dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.
Narasi bank digital yang terus berkembang sejak awal tahun lalu dan ketentuan regulator soal pemenuhan modal minimum bank menjadi katalis utama melonjaknya saham-saham bank mini.
Memang, tahun 2021 menjadi momentum yang menjanjikan bagi bank digital seiring dengan tren digitalisasi dan ramainya akuisisi sejumlah investor global untuk masuk ke bank digital.
Bukan hanya investor perbankan, investor korporasi non-bank, konglomerat hingga perusahaan rintisan alias startup berlomba-lomba masuk berinvestasi ke bank digital.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukalapak & Grup Salim Serap Saham Baru Allo Bank