Kemarin, IHSG berakhir di 6.662,3. Melemah 0,49% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Ini menjadi koreksi perdana pada 2022.
Sejatinya perdagangan berlangsung semarak. Frekuensi transaksi mencapai 1,28 juta kali tang melibatkan 21,06 miliar unit saham senilai Rp 23,16 triliun.
Investor asing pun melakukan akumulasi beli Rp 802,04 miliar di seluruh pasar. Sejak awal tahun, investor asing membukukan beli bersih Rp 601,55 miliar.
Kegamangan yang terjadi di pasar itu membuat rupiah limbung. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) rupiah masih belum bisa berbuat banyak.
Di pasar spot, US$ 1 setara dengan Rp 14,355 kala penutupan perdagangan. Rupiah terepresiasi 0,38%. Mata uang Ibu Pertiwi melemah tiga hari beruntun.
Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama anjlok. Dow Joes Industrial Average (DJIA) ambles 1,07%, S&P 500 berkurang 1,94%, dan Nasdaq Composite ambrol 3,34%. Nasdaq membukukan koreksi harian terparah sejak Februari tahun lalu.
Adalah notula rapat atau minutes of meeting bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang membuat Wall Street 'karam'. Dalam rapat edisi Desember2021, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat menyebut pasar tenaga kerja sudah sangat ketat dan inflasi terus meninggi. Ini membat The Fed sepertinya harus menaikkan suku bunga acuan lebih cepat.
"Para peserta rapat secara umum mencatat bahwa tidak bisa menghindari kenaikan suku bunga acuan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Beberapa peserta rapat juga mencatat sudah saatnya mengurangi beban neraca (balance sheet) setelah kenaikan Federal Funds Rate," sebut notula itu.
Pasar pun langung bereaksi. Mengutip CME FedWatch, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan dalam rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) edisi Maret 2022 mencapai 64,1%.
"Indikasi The Fed semakin khawatir dengan inflasi akan menciptakan pandangan bahwa mereka akan melakukan pengetatan kebijakan secara agresif pada 2022. Lebih hawkish dari dugaan," kata David Carter, Chief Investment Officer di Lenox Wealth Adivisors yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Kenaikan suku bunga acuan membuat imbal hasil instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi akan ikut terkerek. Hasilnya, arus modal meninggalkan pasar saham dan hinggap ke obligasi pemerintah AS.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu Wall Street yang 'kebakaran'. Ini tentu akan mempengaruhi mental pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua, yang juga membuat Wall Street terjungkal, adalah hawa pengetatan kebijakan moneter AS yang kian terasa. Hal ini makin terkonfirmasi dengan rilis data keternakerjaan terbaru.
ADP melaporkan penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam pada Desember 2021 mencapai 807.000. Jauh lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 400.000.
Pasar tenaga kerja yang bangkit, plus inflasi tinggi, tentu membuat The Fed memang harus segera 'menginjak rem'. Bahkan pelaku pasar memperkirakan Federal Funds Rate bisa naik tiga kali tahun ini.
"Notula rapat FOMC hari ini membuat segalanya menjadi terang-benderang. Kartu kenaikan suku bunga tiga kali pada tahun ini ada di atas meja," ujar Dave Donabedian, Chief Investment Officer di CIBC Private Wealth, seperti dikutip dari Reuters.
Seperti yang terjadi di Wall Street, sentimen ini berdampak luar biasa. Arus modal seret, karena terpusat di US Treasury Bonds.
Situasi serupa sangat mungkin terjadi di pasar keuangan negara-negara berkembang. Aliran duit bakal seret, mampet. Tentu bukan kabar baik bagi IHSG dan rupiah.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, adalah tekanan inflasi domestik yang mulai terasa. Harga sejumlah kebutuhan pokok masih bergerak naik.
Mengutip catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga rata-rata nasional di pasar tradisional untuk minyak goreng kemasan bermerk 1 pada 5 Januari 2022, adalah Rp 20.950/kg. Naik Rp 200 (0,96%) dibandingkan hari sebelumnya.
Sebulan lalu, harga produk ini masih Rp 19.650/kg, jadi ada kenaikan Rp 1.300 (6,61%). Tepat setahun lalu, harganya adalah Rp 15.150/kg sehingga terjadi kenaikan Rp 5.800 (38,28%).
Ternyata tidak hanya minyak goreng. Harga sembako lainnya juga masih terpantau naik.
Misalnya bawang putih ukuran sedang. Kemarin, harga komoditas itu adalah Rp 30.250/kg. Naik Rp 100 (0,33) dibandingkan hari sebelumnya.
Dalam sebulan, harga bawang putih naik Rp 1.000 (3,42%). Selama setahun, harga naik Rp 1.750 (6,15%).
Harga telur ayam ras juga masih terpantau naik. Kemarin harganya adalah Rp 30.350/kg, naik Rp 200 (0,66%) dibandingkan hari sebelumnya.
Selama sebulan terakhir, harga telur ayam ras naik Rp 5.500 (22,13%). Dalam setahun terakhir, harga naik Rp 2.750 (9,96%).
Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri, memperkirakan harga pangan masih akan tinggi. Ini akan membuat tekanan inflasi kian terasa.
"Kami meyakini inflasi yang berasal dari peningkatan permintaan (demand-pulled inflation) akan berlanjut pada 2022 seiring meningkatkan mobilitas masyarakat karena pelonggaran Pemberlakauan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Tekanan inflasi juga akan datang dari kenaikan sejumlah tarif seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan cukai rokok. Harga Elpiji juga akan naik, dan rencana penghapusan bensin Premium," papar Faisal dalam risetnya.
Seperti The Fed, Bank Indonesia (BI) pun bakal terdorong untuk menaikkan suku bunga acuan untuk menjangkar ekspektasi inflasi. Meski Gubernur Perry Warjiyo menyebut bahwa BI 7 Day Reverse Repo Rate akan tetap rendah, tetapi sampai kapan?
Selain untuk menjangkar ekspektasi inflasi, kenaikan suku bunga acuan juga diperlukan untuk menjaga pasar keuangan Indonesia tetap atraktif. Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengerek imbalan investasi di Indonesia, sehingga tetap menarik di mata investor, terutama asing.
Namun, kenaikan suku bunga acuan tentu 'memakan korban'. Biaya dana perbankan akan naik sehingga pada gilirannya membuat suku bunga kredit ikut naik. Biaya ekspansi dunia usaha dan rumah tangga akan semakin mahal, sehingga bakal menahan laju pertumbuhan ekonomi.
Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari ini
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Indonesian Paradise Property Tbk (10:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (10:30 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank IBK Indonesia Tbk (14:00 WIB).
- Rilis data inflasi Jerman periode Desember 2021 (20:00 WIB).
- Rilis data neraca perdagangan AS periode November 2021 (20:30 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA