Newsletter
Drama Batu Bara

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup variatif pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat, harga obligasi pemerintah cenderung naik, tetapi nilai tukar rupiah malah melemah.
Kemarin, IHSG ditutup di posisi 6.665,31. Melonjak 1,27% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Sepertinya investor masih belum 'panas' di perdagangan perdana pada 2022. Frekuensi transaksi hanya 1,25 juta kali yang melibatkan 20,37 juta unit saham senilai Rp 9,79 triliun.
Investor asing melakukan beli bersih Rp 346,13 miliar di seluruh pasar. Investor domestik masih mendominasi dengan porsi perdagangan 78%.
Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) berbagai tenor cenderung turun. Penurunan yield berarti harga obligasi sedang naik, pertanda Surat Berharga Negara (SBN) sedang diminati.
Hanya SBN tenor 25 tahun dan 30 tahun yang mengalami kenaikan yield. Itu pun tipis saja, masing-masing hanya 0,1 basis poin (bps).
Namun perkembangan positif di pasar saham dan obligasi itu tidak cukup untuk menopang apresiasi rupiah. Terhadap dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Tanah Air terdepresiasi.
Di pasar spot, US$ 1 setara dengan Rp 14.264 kala penutupan perdagangan. Rupiah melemah 0,1% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Halaman Selanjutnya --> Wall Street Awal 2022 dengan Ceria