Kemarin, IHSG ditutup di posisi 6.665,31. Melonjak 1,27% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Sepertinya investor masih belum 'panas' di perdagangan perdana pada 2022. Frekuensi transaksi hanya 1,25 juta kali yang melibatkan 20,37 juta unit saham senilai Rp 9,79 triliun.
Investor asing melakukan beli bersih Rp 346,13 miliar di seluruh pasar. Investor domestik masih mendominasi dengan porsi perdagangan 78%.
Namun perkembangan positif di pasar saham dan obligasi itu tidak cukup untuk menopang apresiasi rupiah. Terhadap dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Tanah Air terdepresiasi.
Di pasar spot, US$ 1 setara dengan Rp 14.264 kala penutupan perdagangan. Rupiah melemah 0,1% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama ditutup di jalur hijau. Dow Jones Industrial Average (DJIA) finis di 36.493,24 atau naik 0,43%. S&P 500 berakhir di 4.786,66 (0,44%) dan Nasdaq Composite menyelesaikan hari di 15.792,61 (0,94%).
Saham-saham teknologi jadi bintang di perdagangan perdana Wall Street pada 2022. Harga saham Apple melesat 2,5% dan menjadi emiten pertama dengan kapitalisasi pasar di atas US$ 3 triliun.
Namun yang paling fenomenal adalah Tesla. Harga saham emiten besutan Elon 'Tony Stark' Musk itu meroket 12,4%.
Penyebabnya adalah kinerja perusahaan yang melampaui ekspektasi. Pada kuartal IV-2021, produksi mobil Tesla tercatat 308.600 unit. Lebih banya ketimbang perkiraan pasar yakni 263.026 unit. Selain itu, produksi tersebut meonjaksekitar 70% dibandingkan kuartal IV-2020.
Sepanjang 2021, produksi mobil Tesla adalah 936.172 unit. Melesat 87% dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kerja yang luar biasa dari tim Tesla di seluruh dunia," cuit Musk di Twitter.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang dapat mempengaruhi pasar. Pertama tentu perkembangan positif di Wall Street. Hijaunya Wall Street dapat menjadi penyemangat bagi pelaku pasar di Asia untuk mencapai hal yang sama, termasuk di Indonesia.
Sentimen kedua, ada kabar kurang sedap dari China. Kabar yang menghantui sejak tahun lalu, yaitu krisis properti China. Kegagalan bayar utang (default) membayangi perusahaan properti Negeri Panda, paling heboh tentu yang dialami Evergrande, perusahaan properti terbesar kedua di China.
Evergrande memiliki kewajiban lebih dari US$ 300 miliar, termasuk hampir US$ 20 miliar obligasi valas. Sepertinya obligasi valas itu bakal default karena bulan lalu investor gagal menerima pembayaran kupon.
Kini masalah baru menghampiri Evergrande. Pemerintah Kota Danzhou di Provinsi Hainan memerintahkan Evergrande untuk meruntuhkan 39 bangunan yang sedang dalam pekerjaan. Bangunan-bangunan itu adalah bagian dari proyek Ocean Flower Island.
Menurut media setempat, seperti dikutip dari Reuters, total luas bangunan yang harus rata dengan tanah dalam 10 hari ke depan mencapai 435.000 meter persegi. Penyebabnya disebut-sebut adalah konstruktsi ilegal (tanpa izin) dan pelanggaran dari aspek lingkungan hidup.
"Kini pasar menanti proses penjualan aset untuk membayar utang-utang Evergrande, tetapi ini tentu butuh waktu. Kegagalan proyek di Hainan tentu akan semakin melukai kepercayaan konsumen dan investor terhadap perusahaan," kata Conita Hung, Investment Strategy Director di Tiger Faith Asset Management, seperti dikutip dari Reuters.
Tahun lalu, krisis properti China (terutama yang dialami Evergrande) menjadi sentimen negatif di pasar. Apabila Evergrande dan perusahaan properti lain kolaps, maka bakal berdampak sistemik. Banyak vendor yang bakal dirugikan, dan tidak sedikit utang bank yang tidak terbayar. Jadi, kabar dari sektor properti China akan menjadi faktor yang bisa mewarnai perdagangan di pasar.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Sentimen kedua, kali ini dari dalam negeri, adalah kelanjutan 'drama' batu bara. Akhir pekan lalu, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk menghentikan sementara ekspor batu bara selama sebulan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan pasokan batu bara ke pembangkit listrik, yang pasokannya semakin menipis.
"Soal pasokan batu bara, saya perintahkan kepada Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, dan PLN segera cari solusi terbaik demi kepentingan nasional. Prioritasnya adalah pemenuhan kebutuhan dalam negeri, untuk PLN, dan industri di dalam negeri. Sudah ada mekanisme DMO (Domestic Market Obligation, kewajiban pemenuhan kebutuhan domestik) yang mewajibkan perusahaan tambang untuk memenuhi pembangkit PLN. Ini mutlak, jangan sama sekali dilanggar untuk alasan apapun," tegas Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Keputusan batu bara untuk sustain pasokan listrik. Pilihan sulit apakah listrik mati dan kita ekspor batu bara, jadi pilihan policy ini akan dicoba dijaga secara hati-hati. Pasti ada pengorbanannya karena nggak ada pilihan free. Pemerintah cari yang dampaknya seminimal mungkin bagi rakyat, namun distorsi juga kecil," tambah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Larangan ekspor sementara memang bertujuan mulia, menjaga pasokan listrik di dalam negeri. Belum lama ini, China terpaksa melakukan pemadaman bergilir karena menipisnya pasokan batu bara di pembangkit listrik. Kebijakan ini membuat produksi industri di Negeri Tirai Bambu sempat jatuh.
Pada September 2021, produksi industri China hanya tumbuh 3,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Ini adalah laju terlemah sejak Maret 2020, kala China memberlakukan karantina wilayah (lockdown) untuk menekan penyebaran virus corona.
Namun masalahnya, Indonesia adalah negara eksportir batu bara terbesar dunia. Pada 2019, Indonesia mengirim 455 juta ton batu bara ke pasar global.
 Sumber: Statista |
Tanpa pasokan dari Indonesia, tidak sedikit negara yang bakal kerepotan. Di China, batu bara asal Indonesia berkontribusi terhadap 70-80% total impor. Sementara di India diperkirakan mencapai 45-50% batu bara asal Indonesia.
 Sumber: Reuters |
Tahun lalu, kelangkaan pasokan energi menyebabkan harga sejumlah komoditas naik, termasuk batu bara. Keputusan pemerintah Indonesia berpotensi bakal menyebabkan hal serupa.
"Nama baik Indonesia sebagai pemasok batu bara dunia akan anjlok. Selain itu, upaya kita untuk menarik investasi, memperlihatkan diri sebagai negara yang ramah investor dan iklim berusaha yang pasti dan dilindungi hukum akan turun reputasinya," tutur Arsjad Rasjid, Ketua Umum Kadin Indonesia, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
So, bagaimanakah kelanjutan 'drama' batu bara ini? Kita tunggu saja...
Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data Purchasing Managers' Indx (PMI) manufaktur Jepang periode Desember 2021 (07:30 WIB).
- Rilis data PMI manufaktur China periode Desember 2021 (08:45 WIB).
- Rilis data inflasi Prancis periode Desember 2021 (14:45 WIB).
- Rilis data tingkat pengangguran Jerman periode Desember 2021 (15:55 WIB).
- Rilis data PMI manufaktur AS periode Desember 2021 (22:00 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA