Aduh Kacau! Sektor Properti China Ada di Ujung Tanduk

Jakarta, CNBC Indonesia - Ledakan properti yang masif selama beberapa dekade terakhir yang dipompa oleh sektor properti, telah menjadikan ekonomi China sangat bergantung pada sektor tersebut.
Apartemen bertingkat tinggi pun kian menjamur di ratusan kota untuk menampung tenaga kerja kerah putih yang semakin bertambah banyak, yang dibangun oleh pekerja konstruksi yang ramai-ramai bermigrasi dari wilayah pedesaan.
Kini sektor yang merupakan salah satu penyumbang terbesar dalam perekonomian China ini sedang dihantam masalah besar, dengan satu per satu perusahaan berguguran gagal melaksanakan kewajiban utangnya akibat likuiditas yang terbatas.
Krisis properti di negara ekonomi terbesar kedua dunia ini gejolaknya dimulai dari Evergrande, pengembang real estat dengan kewajiban utang mencapai US$300 miliar. Perusahaan dihadapkan realita sulit setelah Beijing menerapkan aturan baru tahun lalu untuk mengurangi pembiayaan dari utang di pasar properti yang semakin liar.
Aturan yang semula diharapkan mampu membuat perusahaan semakin sehat, malah membuat neraca keuangan makin kacau dengan segala kebobrokan yang sekian lama dipendam muncul ke permukaan.
Perusahaan properti kian susah melakukan penggalangan dana akibat akses kredit terbatas ke bank yang disertai keraguan dari investor yang memegang surat utang perusahaan.
Satu persatu perusahaan properti berguguran gagal membayar kewajiban kepada investor pemegang surat berharga, khususnya yang menggunakan denominasi dolar, yang banyak dimiliki oleh investor asing.
Fantasia Holdings, Kaisa Group, Evergrande dan beberapa perusahaan lain telah mengalami gagal bayar dan ratingnya diturunkan oleh lembaga pemeringkatan global.
Ketakutan akan penularan yang lebih luas, Beijing sedang bekerja untuk membatasi efek dari keruntuhan Evergrande di sektor properti yang merupakan pendorong signifikan ekonomi negara itu.
Bank sentral dan regulator perbankan China mendesak lembaga keuangan negara itu untuk mendukung investasi real estat 'berkualitas tinggi', menurut sebuah laporan pada hari Senin di Financial News, sebuah organisasi media yang sebagian didukung oleh bank sentral China (People's Bank of China/PBoC).
PBoC juga telah mengadakan pertemuan dengan perusahaan real estat besar dan bank di negara itu untuk mendorong operator yang sehat mengambil alih proyek dari kelompok yang tertekan, sebut Financial News. PBoC juga mendesak bank untuk tidak menarik pinjaman dari pengembang berisiko.
Selain itu, China turut menurunkan suku bunga acuan pinjaman utama untuk bank domestik pada hari Senin untuk melawan hilangnya momentum ekonomi. Bank sentral memangkas suku bunga pinjaman satu tahun demi memerangi krisis di sektor properti, dampak pandemi virus corona, dan aktivitas konsumen yang lemah.
Langkah tersebut dilakukan setelah pada awal Desember ini PBoC memangkas i rasio persyaratan cadangan untuk bank menjadi 8,4%, mulai 15 Desember, yang akan mengeluarkan sekitar 1,2 triliun yuan, atau US$ 188,3 miliar, ke dalam sistem keuangan. ini adalah langkah kedua tahun ini setelah sebelumnya dilakukan pada Juli.