
Aduh Kacau! Sektor Properti China Ada di Ujung Tanduk

Kaisa Group Holdings Ltd., yang pada tahun 2015 menjadi salah satu pengembang China pertama yang gagal bayar di luar negeri, mengatakan telah gagal melakukan beberapa pembayaran obligasi dolar dari rencana awal, dan sedang berbicara dengan kreditur tentang rencana restrukturisasi skala besar.
Keputusan tersebut mengikuti langkah Evergrande yang sejak berbulan-bulan lalu mengatakan sedang dalam pembahasan restrukturisasi, meski rencana pasti terkait pelaksanaan dinal masih belum diumumkan. Kaisa dan Evergrande yang berbasis di Shenzhen memiliki tanggungan kewajiban jumbo. Kaisa mengatakan pada hari Senin bahwa mereka memiliki obligasi denominasi dolar AS sebesar US$ 11,8 miliar yang beredar, sedangkan untuk Evergrande diperkirakan hampir mencapai US$ 20 miliar.
Sektor properti China telah terseok-seok akibat dari pembatasan pemerintah kepada akses pinjaman diperparah dengan penurunan penjualan rumah. Aksi jual di pasar obligasi telah menutup peluang untuk penerbitan baru di pasar tersebut, melumpuhkan perusahaan yang semakin sulit melakukan pembiayaan kembali utang dolar yang akan jatuh tempo.
Kaisa mengatakan tidak membayar pokok dan bunga atas obligasi 6,5% senilai $400 juta yang jatuh tempo pada 7 Desember dan melewatkan lebih dari US$ 105 juta pembayaran bunga yang telah jatuh tempo pada tiga obligasi lainnya.
Perusahaan mengatakan telah melakukan pembicaraan dengan perwakilan pemegang obligasi tentang 'rencana restrukturisasi utang yang komprehensif' yang mencakup obligasi luar negeri. Ia telah mempekerjakan spesialis restrukturisasi Houlihan Lokey Inc. sebagai penasihat keuangan, dan firma hukum Sidley Austin. Houlihan juga menasihati Evergrande dan pengembang lain yang baru-baru ini gagal, Fantasia Holdings Group Co.
Sementara itu, China Evergrande Group mengatakan dalam proses restrukturisasinya akan memprioritaskan pembayaran kepada pekerja migran dan pemasok karena regulator mendesak pengembang yang kekurangan uang untuk mencegah risiko kerusuhan sosial, menurut orang yang mengetahui masalah tersebut, dilansir Bloomberg.
Pihak berwenang secara khusus fokus untuk memastikan pembayaran gaji dipenuhi sebelum liburan Tahun Baru Imlek mulai 1 Februari, ketika ribuan pekerja konstruksi migran akan berkumpul kembali dengan keluarga mereka. Evergrande memiliki 163.119 karyawan per 30 Juni dan secara tidak langsung ikut mempengaruhi kehidupan lebih banyak orang lainnya melalui vendor perusahaan yang ikut terdampak.
Membayar pekerja sebelum hari libur paling penting di China akan menjadi prioritas utama tidak hanya untuk Evergrande tetapi juga untuk sejumlah pengembang lain yang kesulitan mengingat janji yang diberikan pemerintah Xi Jinping pada stabilitas sosial.
Sekitar 52 juta pekerja migran mencari nafkah di sektor konstruksi, menurut perhitungan berdasarkan data resmi. Sebagian besar akan bergabung dengan ritual tahunan reuni keluarga yang berpusat di sekitar perayaan tahun baru, menjadikan apa yang sering menjadi satu-satunya perjalanan pulang mereka setiap tahun.
(fsd/fsd)[Gambas:Video CNBC]
