
Akhir Tahun, Investor Ramai-Ramai Obral Saham Bank Mini

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham bank mini, dengan modal inti di bawah Rp 5 triliun, ambles ke zona merah pada awal perdagangan hari ini, Kamis (30/12/2021), melanjutkan pelemahan dalam beberapa hari terakhir.
Berikut pelemahan saham bank mini mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI) di hari terakhir perdagangan pada 2021 (30/12).
BPD Banten (BEKS), saham -5,26%, ke Rp 54/saham
Bank Oke Indonesia (DNAR), -5,13%, ke Rp 296/saham
Bank Ganesha (BGTG), -4,00%, ke Rp 240/saham
Bank Maspion Indonesia (BMAS), -3,78%, ke Rp 1.780/saham
Bank Jago (ARTO), -3,36%, ke Rp 16.550/saham
Bank Capital Indonesia (BACA), -2,90%, ke Rp 268/saham
Bank Amar Indonesia (AMAR), -2,88%, ke Rp 404/saham
Bank MNC Internasional (BABP), -1,58%, ke Rp 187/saham
Allo Bank Indonesia (BBHI), -1,42%, ke Rp 6.925/saham
Bank Aladin Syariah (BANK), -0,85%, ke Rp 2.330/saham
Bank Artha Graha Internasional (INPC), -0,77%, ke Rp 129/saham
Bank QNB Indonesia (BKSW), -0,52%, ke Rp 191/saham
Bank Neo Commerce (BBYB), -0,37%, ke Rp 2.700/saham
Bank Raya Indonesia (AGRO), -0,27%, ke Rp 1.825/saham
Bank Ina Perdana (BINA), -0,26%, ke Rp 3.840/saham
Saham BEKS menjadi yang paling melemah, yakni sebesar 5,26%, melanjutkan koreksi dalam 2 hari belakangan. Dengan ini, dalam sepekan saham BEKS ambles 14,29% dan dalam sebulan merosot 15,63%.
Kedua, saham DNAR juga anjlok 5,13%, usai ambles 5,45% pada perdagangan Rabu kemarin. Dalam seminggu saham DNAR terjun hingga minus 16,48% dan dalam sebulan masih naik 7,35%.
Setali tiga uang saham BGTG tergerus 4,00% pagi ini, menambah tren pelemahan sejak Senin awal pekan ini.
Seperti sejumlah bank mini lainnya, BGTG juga sedang dikejar tenggat kewajiban modal minimum oleh regulator.
Untuk itu, BGTG berencana melakukan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue dengan target raihan dana senilai Rp 1,12 triliun.
Sebagai informasi, OJK mewajibkan bank untuk memiliki modal minimal Rp 2 triliun per akhir tahun ini jika tak mau turun kasta menjadi BPR alias Bank Perkreditan Rakyat.
Adapun hingga akhir September 2021, modal inti BGTG masih di bawah ketentuan OJK, yakni sebesar Rp 1,06 triliun.
Sementara, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa keuangan (OJK) Heru Kristiyana menjelaskan, proses bank-bank tersebut meningkatkan modal inti terus berjalan.
Heru menambahkan, upaya meningkatkan modal inti tersebut dilakukan oleh bank dengan melakukan konsolidasi atau mencari partner strategis."Semua bank itu sudah mengarah ke sana, saya yakin benar, pasti mereka akan memenuhi aturan kita. Kalau tidak penuhi sanksi berat, turun kelas menjadi BPR," kata Heru Kristiyana, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Kamis (25/11/2021).
Berdasarkan data CNBC Indonesia, setidaknya masih terdapat 13 bank yang saat ini belum memenuhi ketentuan permodalan minimal ini. Untuk menyebut beberapa, ada Bank Ina, Bank Ganesha, Bank Capital Indonesia, Bank MNC Internasional, dan Bank Aladin Syariah.
Narasi bank digital yang terus berkembang sejak awal tahun ini dan ketentuan regulator soal pemenuhan modal minimum bank menjadi katalis utama melonjaknya saham-saham bank mini.
Memang, tahun 2021 menjadi momentum yang menjanjikan bagi bank digital seiring dengan tren digitalisasi dan ramainya akuisisi sejumlah investor global untuk masuk ke bank digital.
Bukan hanya investor perbankan, investor korporasi non-bank, konglomerat hingga perusahaan rintisan alias startup berlomba-lomba masuk berinvestasi ke bank digital.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun, Saham Bank Mini Ngacir Berjamaah