
Hari Terakhir, Saham Batu Bara Malah Diobral Berjamaah

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara merosot ke zona merah pada hari perdagangan terakhir pada 2021, Kamis (30/12/2021). Investor tampaknya masih melakukan aksi ambil untung setelah saham-saham tersebut cenderung naik pada awal minggu ini.
Berikut pelemahan saham batu bara berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.35 WIB.
Adaro Energy (ADRO), saham -3,03%, ke Rp 2.240/saham
Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), -2,70%, ke Rp 72/saham
Indo Tambangraya Megah (ITMG), -1,89%, ke Rp 20.725/saham
Indika Energy (INDY), -1,84%, ke Rp 1.600/saham
Mitrabara Adiperdana (MBAP), -1,65%, ke Rp 3.580/saham
Bumi Resources (BUMI), -1,49%, ke Rp 66/saham
Bukit Asam (PTBA), -1,43%, ke Rp 2.750/saham
Harum Energy (HRUM), -1,36%, ke Rp 10.850/saham
United Tractors (UNTR), -1,32%, ke Rp 22.500/saham
Golden Eagle Energy (SMMT), -0,95%, ke Rp 208/saham
TBS Energi Utama (TOBA), -0,90%, ke Rp 1.105/saham
Delta Dunia Makmur (DOID), -0,75%, ke Rp 266/saham
Resource Alam Indonesia (KKGI), -0,74%, ke Rp 270/saham
Alfa Energi Investama (FIRE), -0,43%, ke Rp 468/saham
ABM Investama (ABMM), -0,35%, ke Rp 1.440/saham
Saham ADRO menjadi yang paling ambles, yakni sebesar 3,03%, usai melesat dalam 2 hari terakhir. Saham ini sudah naik 5,02% dalam sepekan dan melonjak 24,86% dalam sebulan.
Di bawah ADRO, saham BOSS turun 2,70%, usai anjlok 5,13% pada Rabu kemarin. Sebelumnya, pada Selasa lalu, saham ini terkerek naik 8,33%.
Setali tiga uang, saham ITMG terdepresiasi 1,89%, setelah turun 1,17% pada perdagangan kemarin. Sebelum ini, saham ITMG sempat naik selama 3 hari beruntun, yakni selama 24, 27, dan 28 Desember.
Saham INDY dan MBAP juga ikut turun 1,84% dan 1,65% pada pagi ini.
Harga batu bata ambles pada perdagangan kemarin. Harga si batu hitam genap terkoreksi selama dua hari beruntun.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 156,6/ton. Anjlok 6,81% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Dengan demikian, harga batu bara turun selama dua hari berturut-turut. Dalam dua hari itu, koreksi harga mencapai 9,48%.
Sepertinya aksi ambil untung alias profit taking masih membayangi komoditas ini. Maklum, harga batu bara pernah naik 10 hari perdagangan tanpa henti, 7-20 Desember 2021. Dalam periode itu, harga melesat 26,66%.
Oleh karena itu, wajar jika investor 'gatal' untuk mencairkan keuntungan. Sebab potensi cuan yang bisa direngkuh memang tidak main-main. Selama batu bara menjanjikan keuntungan besar, maka risiko aksi jual akan terus membayangi.
Selain itu, sentimen negatif masih menghinggapi batu bara. Kesadaran dunia yang semakin tinggi akan ancaman krisis iklim membuat sumber energi fosil yang kotor seperti batu bara sulit mendapat tempat.
Bahkan negara produsen, konsumen, dan eksportir batu bara besar seperti Australia bakal meninggalkan sumber energi tersebut. Australian Energy Market Operator (AEMO) akan menyusun rencana untuk mencapai netral karbon pada 2050.
Dalam rencana tersebut, Australia diperkirakan bakal meninggalkan sepenuhnya pembangkit listrik bertenaga batu bara pada 2043. "Tidak ada lagi pembangkitan listrik dengan batu bara pada 2043," tegas Daniel Westerman, CEO AEMO, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Batu bara, lanjut Westerman, akan digantikan oleh sumber energi lain seperti matahari, hidro, gas, dan sebagainya. Dibutuhkan investasi sekitar AU$ 12 miliar untuk membangun berbagai infrastruktur tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 16 Saham Batu Bara Perkasa, Juaranya Tak Terduga