Corona Bangkit di China, Harga Tembaga Terpangkas

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Rabu, 29/12/2021 16:05 WIB
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi China bertumbuh dengan kecepatan moderat pada bulan Desember. Namun, kemorosotan di sektor properti mengaburkan prospek permintaan tembaga dalam jangka pendek.

Di waktu yang bersamaan, China kemungkinan akan menambah stimulus untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi tahun depan. Perbankan diatur untuk menggunakan stimulus tersebut untuk menambah likuiditas. Kebijakan moneter ini juga akan didukung oleh kebijakan fiskal yang dikeluarkan Kementerian terkait.

Kebijakan untuk menopang ekonomi China mendapat tantangan dari penyebaran virus COVID-19 yang kembali melonjak. Mengutip Worldometers, China melaporkan 209 kasus COVID-19 kemarin. Ada 2.275 kasus aktif dengan 12 kasus kritis.


China makin memperluas penguncian (lockdown) akibat COVID-19. Ratusan ribu orang kini 'dikurung' di kota Yan'an, Provinsi Shaanxi, China utara.

Kasus di Yan'an diperkirakan terkait Xi'an, hotspot COVID-19 China saat ini. Yan'an berada di provinsi yang sama dengan Xi'an, sekitar 300 kilometer.

Xi'an sebelumnya telah dikunci sejak 23 Desember hingga saat ini. Itu menjadi lockdown terbesar China, setelah Wuhan, di Provinsi Hubei, di 2019.

China adalah negara yang memiliki strategi nol kasus COVID-19. Pembatasan, tes massal hingga lockdown tak segan diambil pemerintah Xi Jinping.

Posisi terakhir tembaga bursa berjangka Shanghai (ShFE) di CNY 148.430/ton pada perdagangan Senin (27/12/2021). Turun 0,09% dibanding harga sebelumnya.

Sumber: Investing

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Yang Bisa Dilirik Saat Perang & Suku Bunga Ditahan