Turki Habiskan Rp 113 T Buat Intervensi, Lira Malah Jeblok 9%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 December 2021 14:15
FILE PHOTO: Turkish Lira banknotes are seen in this October 10, 2017 picture illustration. REUTERS/Murad Sezer/Illustration/File Photo
Foto: REUTERS/Murad Sezer

Jakarta, CBBC Indonesia - Meroketnya nilai tukar lira Turki akhirnya terhenti pada perdagangan Senin kemarin. Tidak sekedar terhenti, lira malah kembali jeblok hingga nyaris 9%. Pergerakan tersebut memicu spekulasi lira akan kembali terpuruk, apalagi meroketnya sepanjang pekan lalu salah satunya akibat intervensi bank sentral Turki (TCMB).

Melansir data Refinitiv, pada Senin kemarin lira tercatat jeblok 8,84% melawan dolar AS ke TRY 11,68/US$. Sementara sepanjang pekan lalu lira membukukan penguatan 5 hari beruntun dengan total lebih dari 54% dan menyentuh level terkuat dalam lebih dari satu bulan terakhir.

try

Berdasarkan kalkulasi para trader yang dikutip Reuters, selama penguatan tersebut TCMB menggelontorkan US$ 8 miliar atau sekitar Rp 113 triliun (kurs Rp 14.220/US$) untuk mengintervensi nilai tukar lira yang terus melemah akibat pemangkasan suku bunga yang agresif saat inflasi meroket. Kini suku bunga di Turki sebesar 14%, dengan inflasi lebih dari 21%. 

Pemicu awal penguatan tajam lira pada pekan lalu yakni kebijakan terbaru yang diambil Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Pemerintah Turki akan memberikan insentif bagi warganya untuk mengkonversi tabungan dalam bentuk valuta asing mereka menjadi deposito dalam bentuk lira.

"Jika warga Turki memiliki simpanan atau deposito dalam bentuk valuta asing seperti dolar AS, euro, atau poundsterling hingga 20 Desember, dan mengkonversinya menjadi dalam bentuk deposito lira/dana partisipasi, maka akan memenuhi syarat untuk mendapat insentif," kata bank sentral Turki (TCMB).

"Deposito yang dimaksud memiliki waktu jatuh tempo dalam tiga, enam, dan dua belas bulan" tambah TCMB.

Insentif yang diberikan yakni TCMB akan menutupi jika ada selisih kurs saat pembukaan deposito hingga jatuh tempo. Dengan kata lain, warga Turki tidak akan mengalami kerugian kurs jika lira kembali terpuruk.

Selain itu, deposito itu juga tidak dikenakan pajak.

Erdogan mengklaim pasca pengumuman yang disebut anti-dolarisasi tersebut, tingkat kepercayaan warga Turki terhadap lira meningkat, dan deposito dalam bentuk mata uang lokal tersebut naik sebesar 23,8 miliar lira.

Namun nyatanya, data dari lembaga pengawas perbankan BDDK menunjukkan tidak ada perubahan nilai deposito mata uang asing di Turki. Pekan sebelum pengumuman kebijakan terbaru Erdogan, nilai deposito dalam bentuk mata uang asing sebesar US$ 163,7 miliar, sementara pada Jumat pekan lalu sebesar US$ 163,8 miliar, malah terjadi kenaikan tipis.

Memang kebijakan terbaru Erdogan menjadi salah satu pemicu penguatan lira. Persis saat Erdogan mengumumkan kebijakan tersebut pada Snein (20/12) para bankir kepada Reuters mengatakan mereka mengkonversi valuta asing senilai US$ 1,5 miliar.

Namun data dari BDDK yang menunjukkan tidak ada perubahan nilai deposito dalam bentuk mata uang asing menjadi indikasi warga Turki memanfaatkan penguatan lira yang hingga 50% lebih untuk kembali mengkoleksi mata uang asing.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Piye Mr Erdogan! Lira Turki Terjun Bebas, Rekor Terburuk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular