Tug-of-War Bikin Dolar Australia Tertekan di 2022, tapi...

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 December 2021 11:28
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (27/12), tetapi masih belum jauh dari level terendah 17 bulan Rp 10.063/AU$ yang disentuh awal bulan ini. Mata uang Negeri Kanguru ini diperkirakan masih akan sulit untuk menguat di tahun depan, tetapi hal itu hanya akan berlangsung di semester I.

Pada pukul 11:03 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.297,48, dolar Australia menguat 0,26% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Bank of America (BofA) melihat beberapa faktor yang membuat dolar Australia tertekan di tahun ini masih akan berlanjut di tahun depan. Tetapi di semester II-2022, dolar Australia diperkirakan akan bisa kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan tersebut tentunya berpeluang menekan rupiah juga.

"Tug-of-War (tarik tambang) antara pelambatan ekonomi China dan rencana normalisasi kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan menjadi tema utama yang menggerakkan dolar Australia di 2022," kata Adarsh Sinha, kepala strategi valas Asia-Pasific di BofA Hong Kong, sebagaimana dilansir poundstelringlive, Senin (20/12).

Namun, faktor tersebut perlahan akan menghilang dan pada akhirnya membuat dolar Australia menguat di semester II-2022. Sebab, RBA diperkirakan akan menaikkan suku bunga di kuartal IV-2022 merespon penguatan perekonomian Australia.

BofA memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Australia akan tumbuh 4% di 2022.

Seberapa besar peluang kenaikan suku bunga di kuartal IV-2022 tergantung dari seberapa cepat target inflasi akan dicapai, begitu juga dengan rata-rata upah serta pasar tenaga kerja.

"Di semester II-2022, kami memperkirakan kondisinya akan konstruktif untuk dolar Australia," kata Sinha.

Ia juga melihat dolar Australia terbukti resilien terhadap pelambatan ekonomi China serta sikap dovish RBA. Menurut Sinha, itu menunjukkan beberapa faktor yang menghambat dolar Australia sudah ditakar atau price in, sehingga di semester II-2022, bisa kembali menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular