
Investor Serok Cuan, Saham Bank Mini Ambles Barengan

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten bank mini, dengan modal inti di bawah Rp 6 triliun, ditutup ambles ke zona merah pada perdagangan hari ini, Rabu (22/12/2021). Para investor tampaknya terus melego saham bank mini setelah saham tersebut cenderung menguat selama pekan lalu.
Berikut saham-saham bank mini yang melemah, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI).
Bank Ganesha (BGTG), saham -6,83%, ke Rp 300/saham
Bank Maspion Indonesia (BMAS), -6,81%, ke Rp 2.190/saham
Bank Amar Indonesia (AMAR), -6,72%, ke Rp 444/saham
Bank QNB Indonesia (BKSW), -5,36%, ke Rp 212/saham
Bank Victoria International (BVIC), -3,70%, ke Rp 208/saham
Bank Oke Indonesia (DNAR), -2,87%, ke Rp 338/saham
Bank Jtrust Indonesia (BCIC), -2,73%, ke Rp 214/saham
Bank Ina Perdana (BINA), -2,70%, ke Rp 4.320/saham
Bank Bisnis Internasional (BBSI), -2,57%, ke Rp 4.170/saham
Bank Bumi Arta (BNBA), -2,24%, ke Rp 3.920/saham
Bank Artha Graha Internasional (INPC), -2,19%, ke Rp 134/saham
Allo Bank Indonesia (BBHI), -1,79%, ke Rp 6.875/saham
Bank IBK Indonesia (AGRS), -1,72%, ke Rp 171/saham
Bank Capital Indonesia (BACA), -1,47%, ke Rp 268/saham
Bank MNC Internasional (BABP), -1,04%, ke Rp 191/saham
Bank Mestika Dharma (BBMD), -0,25%, ke Rp 1.990/saham
Menurut data di atas, ada 3 saham yang ambles hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB), yakni BGTG, BMAS, dan AMAR.
Saham BGTG anjlok 6,83% ke Rp 300/saham, setelah merosot dalam 3 hari terakhir. Sebelum ini, selama 13-16 Desember atau sepanjang 4 hari beruntun di pekan lalu saham BGTG melesat di zona hijau.
Kedua, saham BMAS juga terus dilego selama 3 hari pertama minggu ini. Hari ini, saham BMAS tergerus 6,81%. Aksi ambil untung investor ini terjadi setelah saham BMAS melaju kencang selama 6 hari beruntun dalam periode 10-17 Desember 2021.
Setali tiga uang, saham AMAR juga jeblok hingga minus 6,72% hari ini, melanjutkan tren pelemahan selama 5 hari beruntun. Sebelumnya, saham AMAR sempat melambung tinggi selama 4 hari beruntun.
Tidak ketinggalan, saham BKSW dan BVIC juga merosot cukup dalam hingga masing-masing minus 5,36% dan 3,7%.
Narasi bank digital yang terus berkembang sejak awal tahun ini dan ketentuan regulator soal pemenuhan modal minimum bank menjadi katalis utama melonjaknya saham-saham bank mini.
Memang, tahun 2021 menjadi momentum yang menjanjikan bagi bank digital seiring dengan tren digitalisasi dan ramainya akuisisi sejumlah investor global untuk masuk ke bank digital.
Bukan hanya investor perbankan, investor korporasi non-bank, konglomerat hingga perusahaan rintisan alias startup berlomba-lomba masuk berinvestasi ke bank digital.
Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan bank untuk memiliki modal minimal Rp 2 triliun jika tak mau turun kasta menjadi BPR alias Bank Perkreditan Rakyat.
Adapun untuk 2022, modal minimal mencapai Rp 3 triliun sebagaimana termaktub dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.
Emiten bank mini terus dikejar waktu untuk memenuhi tenggat kewajiban modal minimum tersebut per akhir tahun ini atau tinggal sepuluh hari lagi. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa keuangan (OJK) Heru Kristiyana menjelaskan, proses bank-bank tersebut meningkatkan modal inti terus berjalan.
Heru menambahkan, upaya meningkatkan modal inti tersebut dilakukan oleh bank dengan melakukan konsolidasi atau mencari partner strategis."Semua bank itu sudah mengarah ke sana, saya yakin benar, pasti mereka akan memenuhi aturan kita. Kalau tidak penuhi sanksi berat, turun kelas menjadi BPR," kata Heru Kristiyana, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Kamis (25/11/2021).
Berdasarkan data CNBC Indonesia, setidaknya masih terdapat 13 bank yang saat ini belum memenuhi ketentuan permodalan minimal ini. Untuk menyebut beberapa, ada Bank Ina, Bank Ganesha, Bank Capital Indonesia, Bank MNC Internasional, dan Bank Aladin Syariah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun, Saham Bank Mini Ngacir Berjamaah