
Erdogan Naikkan UMR 50%, Krisis di Turki Bisa Makin Dahsyat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Turki saat ini sedang dilanda krisis mata uang, nilai tukar lira jeblok hingga lebih dari 37% melawan dolar Amerika Serikat (AS) dalam 30 hari terakhir. Sementara sepanjang tahun ini lira (TRY) sudah merosot hingga 55%.
Kebijakan moneter yang tidak lazim menjadi pemicu jebloknya lira, hingga sempat menembus TRY 17/US$ pada Jumat pekan lalu. Saat inflasi tinggi, bank sentral pada umumnya akan menaikkan suku bunga. Tetapi bank sentral Turki (TCMB) justru memangkas suku bunganya secara agresif.
Kebijakan tersebut membuat lira jeblok, dan dikatakan edan.
"Jika kita melihat dimana posisi lira sekarang itu sesuatu yang gila, tetapi itu merupakan refleksi kebijakan moneter edan yang diterapkan Turki," kata Tim Ash, ahli strategi negara berkembang di Bluebat Asset Management dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International, Selasa (23/11).
Inflasi di Turki pada bulan November mencapai 21,31% year-on-year (yoy) melesat dari bulan sebelumnya 19,89% (yoy) dan menjadi yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Jebloknya nilai tukar lira menjadi salah satu pemicu inflasi tinggi semakin terakselerasi.
![]() |
Meski nilai tukar lira terus terpuruk, Kamis lalu TCMB justru kembali memangkas suku bunga acuannya sebesar 100 basis poin menjadi 14%.
Hingga saat ini TCMB yang dipimpin Sahap Kavcioglu sudah memangkas suku bunga dalam 4 bulan beruntun dengan total 500 basis poin.
Inflasi tinggi yang dialami Turki tentunya membuat daya beli masyarakat mengalami penurunan drastis. Untuk mengatasi masalah tersebut, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, menaikkan upah minum hingga 50%.
Dengan kenaikan tersebut, daya beli masyarakat diharapkan menguat, konsumsi meningkat sehingga roda perekonomian berputar, yang pada akhirnya akan mendongkrak produk domestik bruto (PDB).
Tetapi di sisi lain, kenaikan 'UMR' tersebut tentunya berisiko memicu inflasi lebih tinggi. Banyak ekonom mengatakan kenaikan upah minimum sebesar 50% akan memicu inflasi 3,5% hingga 10%. Alhasil, inflasi di Turki diperkirakan akan menembus 30% di tahun depan.
Dengan inflasi yang berisiko makin tinggi lagi, kurs lira tentunya juga berisiko semakin terpuruk.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Erdogan Sebut Saat Ini Merupakan Perang Kemerdekaan Ekonomi