Khawatir Omicron 'Meledak', Saham Properti Ambles Berjamaah
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten properti ditutup melorot ke zona hijau pada perdagangan hari ini, Selasa (15/12/2021). Pelemahan saham tersebut terjadi di tengah perkembangan baru varian Covid-19 Omicron yang dikhawatirkan bisa menghambat upaya pemulihan yang sedang berlangsung, sebab lebih mudah menyebar ketimbang varian lainnya.
Indeks sektor properti (IDXPROPERT) tercatat menjadi salah satu yang paling ambles, yakni sebesar 1,32% ke posisi 797,18 hari ini.
Berikut kinerja saham properti berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pollux Properties Indonesia (POLL), saham -6,31%, ke Rp 1.485/saham
DMS Propertindo (KOTA), -5,81%, ke Rp 81/saham
Lippo Cikarang (LPCK), -5,22%, ke Rp 1.270/saham
Sentul City (BKSL), -3,23%, ke Rp 60/saham
Ciputra Development (CTRA), -2,37%, ke Rp 1.030/saham
Agung Podomoro Land (APLN), -2,31%, ke Rp 127/saham
Royalindo Investa Wijaya (INDO), -1,82%, ke Rp 108/saham
Pakuwon Jati (PWON), -1,60%, ke Rp 492/saham
PP Properti (PPRO), -1,45%, ke Rp 68/saham
Summarecon Agung (SMRA), -1,10%, ke Rp 895/saham
Lippo Karawaci (LPKR), -0,68%, ke Rp 146/saham
Alam Sutera Realty (ASRI), -0,58%, ke Rp 171/saham
Bumi Serpong Damai (BSDE), -0,48%, ke Rp 1.035/saham
Menurut data di atas, saham POLL menjadi yang paling jeblok hingga minus 6,31%. Dengan ini, dalam sebulan terakhir, saham POLL hanya menghijau 3 kali dengan sisanya memerah.
Dalam sepekan, saham POLL turun 4,19%, sedangkan dalam sebulan anjlok 29,62%.
Setali tiga, saham KOTA juga merosot 5,81%, usai melejit 11,69% pada perdagangan kemarin. Adapun lonjakan pada Senin kemarin tersebut terjadi usai saham KOTA mengalami rentetan koreksi yang signifikan selama 9 hari beruntun.
Saham LPCK dan BKSL juga sama-sama ambles 5,22% dan 3,23% hari ini.
Sentimen pasar secara keseluruhan memang cenderung negatif hari ini, terutama soal perkembangan teranyar Omicron. Inggris sudah melaporkan ada 1 korban jiwa yang terinfeksi oleh varian baru ini.
Selain itu dari China, pemerintah setempat melaporkan kasus pertama Covid-19 varian Omicron di negaranya pada Senin kemarin, seperti yang dilaporkan oleh Reuters dan media lokal setempat.
Infeksi Omicron pertama di Negeri Panda tersebut terindikasi dari imported case yakni dari wisatawan asing yang tiba di kota Tianjin dari luar negeri pada 9 Desember lalu. Saat ini, pasien tersebut sedang dirawat dan diisolasi di rumah sakit setempat.
Perkembangan yang tidak menggembirakan terkait Omicron tersebut membuat investor kembali dihantui perlambatan pemulihan (baik kesehatan maupun ekonomi) secara global.
Kendati sahamnya memerah, masih terdapat sentimen positif untuk sektor properti, salah satunya adalah sejumlah insentif dari pemerintah seperti pelonggaran LTV 0% bagi uang muka pembelian rumah menjadi katalis positif bagi emiten di sektor ini.
Namun, memang, seperti dijelaskan di atas, pandemi Covid-19 tampaknya masih menahan pertumbuhan penjualan properti Tanah Air.
Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia yang terbit pada 12 November mengindikasikan harga properti residensial dan komersial tumbuh terbatas pada triwulan III 2021.
Hal ini tercermin dari kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan III 2021 sebesar 1,41% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,49% (yoy). Pada triwulan IV 2021, BI memprakirakan, harga properti residensial primer masih tumbuh terbatas sebesar 1,19% (yoy).
Kemudian, dari sisi penjualan, hasil survei mengindikasikan, penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan III 2021 masih tertahan. Hal ini tercermin dari penjualan properti residensial pada triwulan III 2021 yang terkontraksi 15,19% (yoy). Penurunan penjualan properti residensial terutama terjadi pada tipe rumah kecil.
Sementara, pertumbuhan permintaan properti komersial per kuartal III tahun ini mulai menunjukkan perbaikan meskipun masih tumbuh terbatas. Indeks Permintaan Properti Komersial secara tahunan tumbuh positif 0,13% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan 0,06% (yoy) pertumbuhan pada kuartal II 2021.
Namun, menurut data BI, kategori sewa properti komersial cenderung melambat, dipengaruhi oleh permintaan pada segmen perkantoran dan hotel yang melambat sebagai dampak dari kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat ala pemerintah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)