Saham Bank Mini, Naik...Naik Tinggi Sekali

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Jumat, 10/12/2021 09:40 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten bank mini, dengan modal inti di bawah Rp 6 triliun, kembali menguat pada awal perdagangan hari ini, Jumat (10/12/2021), melanjutkan kecenderungan kenaikan setidaknya sejak 4 hari lalu atau Senin (6/12).

Berikut penguatan saham bank mini, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.17 WIB.

  1. Bank Bumi Arta (BNBA), saham +8,16%, ke Rp 4.770/saham


  2. Bank Ganesha (BGTG), +4,40%, ke Rp 332/saham

  3. Bank Victoria International (BVIC), +3,88%, ke Rp 214/saham

  4. Bank MNC Internasional (BABP), +3,28%, ke Rp 252/saham

  5. Allo Bank Indonesia (BBHI), +1,95%, ke Rp 7.825/saham

  6. BPD Banten (BEKS), +1,59%, ke Rp 64/saham

  7. Bank Artha Graha Internasional (INPC), +1,46%, ke Rp 139/saham

  8. Bank Capital Indonesia (BACA), +1,36%, ke Rp 298/saham

  9. Bank Neo Commerce (BBYB), +1,15%, ke Rp 2.650/saham

  10. Bank Amar Indonesia (AMAR), +1,14%, ke Rp 356/saham

  11. Bank QNB Indonesia (BKSW), +1,06%, ke Rp 191/saham

  12. Bank Jtrust Indonesia (BCIC), +0,83%, ke Rp 244/saham

  13. Bank IBK Indonesia (AGRS), +0,54%, ke Rp 187/saham

  14. Bank Maspion Indonesia (BMAS), +0,35%, ke Rp 1.450/saham

  15. Bank Ina Perdana (BINA), +0,24%, ke Rp 4.140/saham

  16. Bank Bisnis Internasional (BBSI), +0,23%, ke Rp 4.300/saham

Sepanjang minggu ini, investor tampaknya cenderung memborong saham bank bermodal cekak tersebut, di tengah menghijaunya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) setidaknya dalam sepekan belakangan (+1,35%), kendati pasar masih terus dibayangi sentimen negatif galur baru Covid-19 Omicron.

Selain itu, emiten bank mini juga saat ini sedang berlomba-lomba memburu tambahan dana untuk memenuhi ketentuan modal minimum yang diwajibkan oleh regulator.

Saham BNBA memuncaki 'klasemen' di atas dengan melejit 8,16% ke Rp 4.770/saham, di tengah masuknya asing dengan nilai beli bersih Rp 5,35 miliar di pasar reguler. Dengan ini, saham BNBA sudah melesat selama 6 hari perdagangan beruntun.

Alhasil, dalam sepekan saham BNBA melonjak 33,24%, sedangkan dalam sebulan melambung 63,41%.

Setelah mengakuisisi 24,00% saham BNBA pada November lalu, PT Ajaib Sekuritas atau PT Takjub Finansial Teknologi (FIT) memastikan akan menyerap rights issue BNBA.

Hal ini terungkap dalam keterbukaan informasi yang disampaikan manajemen BNBA. Diketahui, Bank Bumi Artha akan melakukan penambahan modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebanyak-banyaknya 462.000.000 saham dengan harga pelaksanaan Rp 1.345 per saham.

Dengan demikian, dari rights issue ini perseroan akan memperoleh dana senilai Rp 621,39 miliar.

Rencananya, dana yang diperoleh dari hasil PMHMETD setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan oleh perseroan sekitar 80% untuk pemberian kredit kepada nasabah yang akan direalisasikan secara bertahap.

Di posisi kedua, saham BGTG terkerek 4,40% ke Rp 332/saham. Asing juga tercatat masuk dengan nilai beli bersih Rp 2,99 miliar di pasar reguler. Seperti saham BNBA, saham BGTG sudah melaju kencang selama 6 hari berturut-turut. Dalam sepekan, saham BNBA melompat tinggi 57,28% dan dalam sebulan melejit 45,95%.

Setali tiga uang, saham BVIC terapresiasi 3,88%, menandai tren kenaikan selama 5 hari beruntun. Dalam sepekan saham BVIC mendaki tinggi 28,24%.

Selain itu, saham Grup MNC BABP dan bank digital milik pengusaha nasional Chairul Tanjung BBHI masing-masing naik 3,28% dan 1,95%.

Sebagai informasi, OJK menyebutkan bahwa seluruh pemilik bank mini alias bank dengan modal inti (tier 1) di bawah Rp 2 triliun telah berkomitmen untuk memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan otoritas untuk memenuhi modal minimum Rp 2 triliun hingga akhir tahun ini.

Akhir 2021 ini memang OJK mengharuskan bank untuk memiliki modal minimal Rp 2 triliun jika tak mau turun kasta menjadi BPR alias Bank Perkreditan Rakyat.

Untuk tahun depan, modal minimal mencapai Rp 3 triliun sebagaimana termaktub dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa keuangan (OJK) Heru Kristiyana menjelaskan, proses bank-bank tersebut meningkatkan modal inti terus berjalan.

Heru menambahkan, upaya meningkatkan modal inti tersebut dilakukan oleh bank dengan melakukan konsolidasi atau mencari partner strategis."Semua bank itu sudah mengarah ke sana, saya yakin benar, pasti mereka akan memenuhi aturan kita. Kalau tidak penuhi sanksi berat, turun kelas menjadi BPR," kata Heru Kristiyana, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Kamis (25/11/2021).

Berdasarkan data CNBC Indonesia, setidaknya masih terdapat 13 bank yang saat ini belum memenuhi ketentuan permodalan minimal ini. Untuk menyebut beberapa, ada Bank Ina, Bank Ganesha, Bank Capital Indonesia, Bank MNC Internasional, dan Bank Aladin Syariah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat