
Investor Serbu Saham-saham Bank Raksasa

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah saham emiten bank besar menguat di awal perdagangan hari ini, Rabu (1/12/2021), di tengah kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG naik 0,41% ke 6.560,597, rebound dari pelemahan 1,13% pada Selasa kemarin (30/12).
Berikut kenaikan saham bank kakap pagi ini, pukul 09.05 WIB.
Bank Rakyat Indonesia (BBRI), saham +1,22%, ke Rp 4.140/saham
Bank CIMB Niaga (BNGA), +1,02%, ke Rp 995/saham
Bank Mandiri (BMRI), +0,71%, ke Rp 7.050/saham
Bank Central Asia (BBCA), +0,69%, ke Rp 7.325/saham
Bank Danamon Indonesia (BDMN), +0,41%, ke Rp 2.420/saham
Menurut data di atas, saham bank BUMN BBRI memimpin kenaikan sebesar 1,22%, di tengah masuknya investor asing dengan catatan beli bersih Rp 5,3 miliar. Dalam sepekan saham BBRI masih turun 1,66%, sedangkan dalam sebulan melorot 3,73%.
Kabar teranyar, BRI mampu menekan biaya dana ke tingkat terendah sepanjang sejarah. Capaian itu seiring keberhasilan perseroan melakukan transformasi struktur liabilitas.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pada akhir September 2021 cost of fund (CoF) atau biaya dana BRI mencapai 2,14%. Persentase itu jauh lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 3,45%.
"Perlu saya sampaikan cost of fund BRI 2,14% ini adalah yang terendah sepanjang sejarah," ujarnya menegaskan dalam keterangan tertulis, Senin (29/11/2021).
Di posisi kedua ada saham BNGA yang naik 1,02% ke Rp 995/saham. Seperti saham BBRI, saham BNGA juga masih minus sepekan sebesar 4,35% dan ambles 6,16% dalam sebulan belakangan.
Setali tiga uang, saham bank pelat merah lainnya BMRI juga terapresiasi 0,71%, kendati asing melakukan jual bersih Rp 6,66 miliar di pasar reguler.
Adapun saham bank swasta Grup Djarum BBCA menguat 0,69%, rebound dari koreksi 1,69% kemarin. Investor asing melakukan beli bersih Rp 13,0 miliar di pasar reguler, terbesar kedua di bursa pagi ini.
Saat ini, varian Omicron masih menjadi risiko terbesar bagi ekonomi dan pasar. Apabila varian Omicron yang sudah ditemukan di Eropa dan Asia ini semakin menyebar dan meningkatkan jumlah kasus infeksi serta kematian secara signifikan, maka bukan tak mungkin rem darurat akan ditarik lagi oleh pemerintah global.
Lockdown bakal kembali membuat ekonomi terpuruk dan aset berisiko seperti saham diobral murah. Pada akhirnya angan-angan IHSG untuk cetak rekor all time high baru bisa saja tak tercapai. Namun, ini adalah skenario terburuknya. Tentu kita semua berharap hal tersebut tak terjadi.
Kemudian dari sisi rilis data, sentimen yang bakal menggerakkan hari ini adalah indeks PMI manufaktur Indonesia serta rilis data inflasi.
Pagi ini, IHS Markit mencatat PMI manufaktur Indonesia turun ke level 53,9 di bulan November 2021 dari 57,2 di bulan sebelumnya. Meskipun menurun, aktivitas manufaktur masih tercatat ekspansif dan mencatatkan kenaikan di atas 50 selama 3 bulan beruntun di tengah penurunan tren Covid-19 di dalam negeri.
Kemudian Badan Pusat Statistik (BPS) juga akan merilis data inflasi November hari ini, pukul 11.00 WIB. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan inflasi diperkirakan naik 1,70% yoy.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Ramai-ramai Masuk, Saham Bank Kelas Kakap Menghijau