
Jangan Stress, Hadapi Saja Kenyataan Bila Punya 5 Saham Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang November lalu, ada setidaknya 5 saham yang memiliki rapor jeblok alias kinerjanya berada di bawah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Di antaranya 5 saham 'pecundang' tersebut, ada saham emiten ritel Grup Lippo dan 2 emiten Grup Emtek.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG naik tipis 0,68% sepanjang bulan lalu ke posisi 6.533,93 per penutupan Selasa kemarin (30/11).
IHSG sebenarnya sempat melonjak hingga menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada 22 November 2021 di 6.723,39.
Namun, adanya aksi jual besar-besaran (sell-off) pada Jumat (26/11) pekan lalu sebesar 2,06% akibat kemunculan varian anyar Covid-19 Omicron, kemudian koreksi berlanjut pada Selasa kemarin (30/11) sebesar 1,13%, membuat penguatan IHSG sepanjang November menjadi terbatas.
Berikut 5 saham top losers selama November 2021.
DMS Propertindo (KOTA), saham -26,67%, ke Rp 99/saham, transaksi Rp 285,3 M
Matahari Putra Prima (MPPA), -21,29%, ke Rp 488/saham, transaksi Rp 901,5 M
Smartfren Telecom (FREN), -20,00%, ke Rp 88/saham, transaksi Rp 2,1 T
Surya Citra Media (SCMA), -18,57%, ke Rp 342/saham, transaksi Rp 764,1 M
Bukalapak.com (BUKA), -18,05%, ke Rp 545/saham, transaksi Rp 3,9 T
Menurut data di atas, saham properti KOTA menjadi yang paling 'boncos' dengan minus 26,67% selama bulan lalu. Memang, sepanjang November, saham ini hanya menghijau 3 kali, stagnan 3 kali dan sisanya memerah.
Secara historis, setelah sempat menyentuh level Rp 830/saham pada Februari lalu, saham KOTA cenderung bergerak menuruni 'bukit'.
Di posisi kedua, ada saham emiten pengelola Hypermart Grup Lippo MPPA yang ambles 21,29% dengan nilai transaksi jumbo Rp 901,5 miliar dalam sebulan.
Usai menembus Rp 1.235/saham pada Juni 2021, saham MPPA memang kehilangan 'tenaga'. Asing juga mencatatkan jual bersih Rp 76,68 miliar di pasar reguler dalam sebulan belakangan.
Kabar teranyar, MPPA saat ini sedang berencana menambah modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Menurut rencana Grup Lippo, melalui PT Multipolar Tbk (MLPL), perusahaan induk yang sahamnya dimiliki keluarga Lippo lewat PT Inti Anugerah Pratama, akan menjadi pembeli siaga (standby buyer).
Berdasarkan prospektus yang diterbitkan perusahaan, MPPA berencana menawarkan 1.171.200.788 saham baru dengan nilai nominal Rp 50 per saham dan harga pelaksanaan Rp 760 per saham dalam Penawaran Umum Terbatas (PUT) VI, sehingga, dari rights issue ini, MPPA membidik dana sebesar Rp 890,11 miliar.
Selain KOTA dan MPPA, saham emiten telekomunikasi Grup Sinar Mas FREN anjlok 20,00% ke Rp 88/saham. Sebelumnya, saham FREN sempat menyentuh Rp 162/saham pada Agustus 2021, kemudian bergerak turun ke level Rp83/saham pada Oktober.
Setelah itu, saham FREN sempat kembali naik ke Rp 117/saham pada awal November lalu sebelum akhirnya terperosok ke bawah.
Dalam sebulan, asing juga mengobral saham FREN dengan nilai jual bersih Rp 35,59 miliar di pasar reguler.
Setali tiga uang, dua saham Grup Emtek, emiten media SCMA dan e-commerce BUKA, juga ramai-ramai dilego investor sepanjang bulan lalu.
Saham SCMA ambles 18,57% ke Rp 342/saham. Kemudian, saham BUKA anjlok 18,05% ke Rp 545/saham, level terendah sejak melantai di bursa di harga Rp 850/saham pada 6 Agustus 2021.
Sepanjang bulan lalu, asing beramai-ramai keluar dari saham BUKA dengan nilai jual bersih di pasar reguler mencapai Rp 317,31 miliar dan jual bersih di pasar negosiasi dan pasar tunai Rp 5,63 miliar.
Kinerja keuangan teranyar, Bukalapak membukukan kerugian bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 1,12 triliun pada periode September 2021.
Kerugian bersih tersebut membaik dari periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 1,39 triliun.
Mengacu laporan keuangan perusahaan sampai dengan sembilan bulan pertama ini, Bukalapak tercatat membukukan pendapatan bersih senilai Rp 1,34 triliun, naik 42,09% dari periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 948,43 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?