Saham Bank BUKU IV Rontok, Bikin IHSG Ambles 2% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham raksasa perbankan alias bank BUKU IV (bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun) kompak anjlok di tengah penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga lebih dari 2% pada awal perdagangan sesi I hari ini, Kamis (19/8/2021), di tengah kabar kemungkinan terjadinya tapering oleh The Fed di tahun ini.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada pukul 14.04 WIB, IHSG 'terjun bebas' 2,39% 5.972,150, meninggalkan level psikologis 6.000. Nilai transaksi IHSG sebesar Rp 10,19 triliun dengan volume perdagangan 19,26 miliar saham.
Di tengah penurunan IHSG, asing tercatat masih melakukan beli bersih (net buy) Rp 174,92 miliar di pasar reguler dan net buy Rp 5,50 miliar di pasar negosiasi dan pasar tunai.
Namun, pada siang asing cenderung melepas (net sell) saham-saham bank bank besar yang juga merupakan penggerak (movers) utama IHSG. Berikut pergerakan saham bank BUKU IV:
Bank Central Asia (BBCA), saham -0,53%, ke Rp 32.825, net buy Rp 229,04 M
Bank Cimb Niaga (BNGA), -2,06%, ke Rp 950, net sell Rp 737,17 juta
Bank Permata (BNLI), -2,23%, ke Rp 1.750, net buy Rp 198,23 juta
Bank Pan Indonesia (PNBN), -2,53%, ke Rp 770, net buy Rp 200,74 juta
Bank Danamon Indonesia (BDMN), -3,03%, ke Rp 2.230, net sell Rp 1,27 M
Bank Mandiri (BMRI), -3,31%, ke Rp 5.850, net sell Rp 60,24 M
Bank Negara Indonesia (BBNI), -3,69%, ke Rp 5.225, net sell Rp 22,06 M
Bank Rakyat Indonesia (BBRI), -4,42%, ke Rp 3.890, net sell Rp 219,03 M
Trio saham bank pelat merah, BBRI, BBNI, dan BMRI menjadi yang paling ambles seiring adanya aksi net sell oleh asing.
Saham BBRI anjlok 4,42% ke Rp 3.890/saham, setelah kemarin naik 3,56%. Asing melego saham BBRI dengan nilai jual bersih Rp 219,03 miliar, tertinggi di bursa.
Saham BBNI juga ambles 3,69%, seiring aksi net sell asing sebesar Rp 22,06 miliar. Setali tiga uang, saham BMRI juga terjungkal 3,31%, setelah asing ramai-ramai keluar dari saham ini, menjadikan saham BMRI di posisi kedua saham yang paling banyak dijual asing.
Sementara, saham bank dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di bursa, BBCA, juga turun 0,53%, kendati asing mencatatkan beli bersih Rp 229,04 miliar di saham ini.
Risalah The Fed yang dirilis tadi malam menunjukkan peluang tapering atau pengurangan pembelian aset oleh The Fed di tahun ini, sebab inflasi dikatakan sudah mencapai target dan pemulihan pasar tenaga kerja juga hampir sesuai ekspektasi.
"Melihat ke depan, sebagian besar partisipan (Federal Open Market Committee/FOMC) mencatat bahwa selama pemulihan ekonomi secara luas sesuai dengan ekspektasi mereka, maka akan tepat untuk melakukan pengurangan nilai pembelian aset di tahun ini," tulis risalah tersebut.
Meski demikian, risalah tersebut juga menunjukkan 'beberapa' anggota FOMC memilih untuk melakukantaperingdi awal tahun depan.
Nilai QE saat ini sebesar US$ 120 miliar per bulan, dengan rincian US$ 80 miliar untuk pemebelian obligasi pemerintah (Treasury) dan US$ 40 miliar untuk efek beragun aset KPR (Mortgage-Backed Security/MBS).
Dalam survei terbaru tersebut, The Fed akan mengurangi pembelian Treasury sebesar US$ 10 miliar, dan MBS sebesar US$ 5 miliar.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) hari ini diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini.
Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat menggelar RDG pada 18-19 Agustus 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan bertahan di 3,5%.
Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus memperkirakan suku bunga acuan bertahan. Semua sepakat bulat, aklamasi, tiada dissenting opinion.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Bangkit, Saham Bank Kakap Diborong Investor