Jos! Saham 'Old Economy' LQ45 Bangkit, Saat Bukalapak cs Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan terakhir membukukan kinerja yang kurang impresif setelah terkoreksi 1,05% ke level 6.024,75 hingga penutupan sesi I, Kamis ini (19/8).
Menariknya di tengah koreksi IHSG, di waktu yang sama indeks dengan konstituen 45 saham yang memiliki likuiditas yang baik serta prospek usaha yang cerah yakni indeks LQ45 malah sukses naik 2,62%.
Fenomena apa yang terjadi?
Simak saham-saham LQ45 dengan apresiasi tertinggi sepekan terakhir, mengacu data perdagangan sesi I.
Tercatat kenaikan saham-saham LQ45 disokong oleh emiten-emiten old economy alias emiten emiten konvensional non-digital yang bergerak di bidang konstruksi seperti semen, jalan tol, dan perbankan konvensional.
Dari 5 saham LQ45 dengan apresiasi terbesar, 2 di antaranya merupakan emiten semen dan 1 di antaranya merupakan emiten infrastruktur jalan tol.
Kenaikan tertinggi dibukukan oleh duo saham semen PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang masing-masing naik 12,87% dan 11,17%. Sedangkan posisi nomor 5 diisi oleh emiten jalan tol PT Jasa Marga Tbk (JSMR) yang sukses naik 7,82% sepekan terakhir.
Selain ketiga emiten tersebut ada pula emiten peritel PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) yang naik 10,29% dan perbankan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang melesat 8,94%.
Nah kalau saham-saham LQ45 berhasil terbang, apa yang menyebabkan indek acuan IHSG terpaksa ambruk? Usut punya usut, ternyata koreksi IHSG disebabkan oleh saham-saham teknologi yang berkapitalisasi pasar besar yang ambruk berjamaah dalam sepekan terakhir.
Catat saja indeks acuan sektor teknologi dalam sepekan sudah tumbang 15,38% dimana terdapat 3 biang kerok tumbangnya indeks ini.
Pertama saham teknologi berkapitalisasi pasar terbesar di bursa yakni PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) sudah ambruk 15,04% selama sepekan terakhir mengekor anak usahanya PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang sudah tumbang 18,36% selama sepekan. Tumbangnya kedua saham ini sangat berpengaruh terhadap IHSG mengingat keduanya memiliki kapitalisasi pasar yang jumbo yakni masing-masing Rp 117 triliun dan Rp 87 triliun.
Selain kedua saham tersebut saham teknologi Big Cap lain yakni PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang baru saja dibuka suspensinya oleh regulator juga terus terkoreksi ke level ARB (auto rejet bawah 7%) di mana dalam sepekan DCII yang berkapitalisasi pasar Rp 98 triliun sudah tumbang 30,34%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah
