
Waspada, Kejatuhan Lira Jadi Sentimen Negatif bagi IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah mencetak rekor tertingginya sepanjang masa, bursa saham domestik berpotensi masih akan tertekan pada perdagangan Rabu ini seiring dengan aksi ambil untung oleh pelaku pasar.
Selasa kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,68% ke level 6.677,87 dengan nilai transaksi Rp 14,82 triliun. Pelaku pasar asing melakukan pembelian bersih senilai Rp 94,05 miliar.
Pengamat pasar saham MNC Asset Management menilai, Rabu ini IHSG berpotensi mengalami tekanan seiring kekhawatiran terus menguatnya yield Obligasi AS tenor 10 tahun yang saat ini mendekati level 1.68%.
Sentimen ini membuat penutupan Indeks di Wall Street bervariasi di mana Indeks berbasis teknologi Nasdaq ditutup turun dihari kedua sebaliknya Indeks DJIA menguat dihari kedua.
Di sisi lain, perlu juga diantisipasi spiral effect terhadap mata uang negara berkembang atas kejatuhan tajam -15% sehari, kejatuhan tertajam dalam sejarah, nilai tukar lira Turki.
"IHSG diperkirakan akan bergerak pada level 6.682 - 6.758," kata Edwin Sebayang.
Sementara itu, NH Korindo Sekuritas mencermati, dari bursa global, indeks Nasdaq melemah seiring dengan naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) dengan tenor 10 tahun yang memberikan tekanan terhadap saham-saham teknologi.
Sementara itu, harga minyak mentah berhasil rebound meski beberapa negara telah mengumumkan rencana untuk merilis cadangan strategis-nya.
Dari bursa domestik, IHSG mengalami koreksi sebesar 0,68% pasca mencetak rekor all-time selama 2 hari sebelumnya. Investor terindikasi mulai melakukan aksi profit taking yang dipimpin oleh pelemahan pada sektor Transportasi (-2.02%) dan Keuangan (-1.75%).
"Untuk hari ini, indeks acuan berpeluang untuk rebound secara teknikal dengan proyeksi pergerakan pada area 6.660-6.754," ungkap NH Korindo Sekuritas.
(sys/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentimen Omicron Mereda, IHSG Siap Menguat Lagi