Harap Waspada! "Benih-Benih" Taper Tantrum Mulai Ditabur

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 November 2021 16:52
Ketua Federal Reserve Board Jerome Powell
Foto: Ketua Federal Reserve Board Jerome Powell (REUTERS/Yuri Gripas)

Dalam pengumuman kebijakan moneter awal bulan ini, The Fed mengumumkan mulai melakukan tapering sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya.

Tapering langsung dimulai bulan ini, dengan nilai QE saat ini sebesar US$ 120 miliar, maka perlu waktu 8 bulan hingga menjadi nol, atau QE berakhir pada bulan Juni tahun depan.

Beberapa pejabat elit The Fed kini menginginkan QE agar selesai lebih cepat. Pada Jumat pekan lalu, Dewan Gubernur The Fed, Christopher Waller menyerukan akan The Fed melipat gandakan tapering sehingga bisa berakhir di bulan April tahun depan dan bisa menaikkan suku bunga di kuartal II-2022.

"Pemulihan pasar tenaga kerja yang cepat serta tingginya inflasi mendorong saya untuk melakukan tapering lebih cepat dan tidak lagi menerapkan kebijakan akomodatif di 2022," kata Waller sebagaimana diwartakan Reuters, Jumat (22/11).

Waller juga mengatakan seandaianya terjadi gejolak di pasar finansial akibat The Fed mempercepat tapering, maka efeknya hanya sementara saja.

"Semua gejolak yang terjadi hanya sementara dan lama-kelamaan akan mereda. Secara logika The Fed tidak akan merespon gejolak yang terjadi, tetapi terkadang melakukannya. Kebijakan moneter The Fed yang tepat digunakan untuk merespon inflasi," tambahnya.

Selain Waller, wakil ketua The Fed, Richard Clarida juga melontarkan pernyataan yang sama.

"Saya akan melihat data-data yang kami dapatkan mulai saat ini hingga rapat kebijakan moneter di bulan Desember, dan kemungkinan menjadi waktu yang tepat untuk mempercepat laju tapering," kata Clarida saat berbicara di San Francisco Fed's 2021 Asia Economic Policy Conference, Sabtu (20/11).

Amerika Serikat Rabu nanti akan merilis data inflasi versi personal consumption expenditure (PCE), dan akan menjadi perhatian pelaku pasar. Sebabnya, menjadi acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan suku bunga.

Inflasi inti PCE diprediksi tumbuh 4,1% year-on-year (YoY) di bulan Oktober, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 3,6% YoY yang merupakan level tertinggi dalam 30 tahun terakhir.

Semakin tinggi inflasi PCE makan spekulasi laju tapering akan dipercepat akan semakin menguat.

Jika benar The Fed mempercepat laju tapering, maka ada risiko terjadinya taper tantrum yang akan menekan rupiah meski tidak akan separah 2013, sebab fundamental Indonesia jauh lebih kuat saat ini.

Bank Indonesia (BI) memiliki cadangan devisa yang cukup besar untuk melakukan intervensi, kemudian defisit transaksi berjalan diperkirakan tidak akan besar, bahkan mencatat surplus di kuartal III-2021.

Selain itu, kepemilikan asing di pasar obligasi Indonesia juga tidak sebesar di 2013, saat ini di kisaran 23%. Sehingga ketika taper tantrum terjadi, capital outflow tidak akan semasif 2013.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular