Puasa IPO Jumbo BUMN Selesai, Mitratel-ACP Bidik Total Rp20 T

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
15 November 2021 17:55
HUT BUMN (CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara)
Foto: CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang akhir tahun ini, dua perusahaan pelat merah siap melantai ke bursa saham dengan emisi jumbo. Skemanya lewat penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kedua perusahaan yang berencana melakukan IPO yakni PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), anak usaha bisnis menara PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Adhi Commuter Properti (ACP), anak usaha PT Adhi Karya Tbk (ADHI).

Emisi keduanya akan mencapai hampir Rp 20 triliun atau tepatnya Rp 19,94 triliun sekaligus menghentikan 'puasa' IPO BUMN dengan emisi jumbo sejak tahun 2013 lalu.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia menyampaikan, Mitratel dan ACP berada dalam pipeline pencatatan saham tahun ini.

"Hal ini menandakan besarnya dukungan dan komitmen dari pemerintah, khususnya Kementerian BUMN dan juga pelaku industri untuk memanfaatkan pasar modal Indonesia sebagai house of growth," kata Nyoman, kepada awak media, dikutip Senin (15/11/2021).

Nyoman menilai, melihat beberapa pemberitaan yang beredar sebelumnya mengenai rencana IPO dari beberapa unicorn dan BUMN/entitas anak BUMN, BEI optimistis, terus mendukung rencana perusahaan-perusahaan tersebut untuk IPO dan mencatatkan sahamnya di bursa pada tahun depan.

Seperti diketahui, Mitratel telah menetapkan harga penawaran umum perdana saham di harga Rp 800 per saham.

Perseroan berencana melepas sebanyak 22.920.512.000 atau setara dengan 27,63% dari modal disetor. Dengan demikian, dari IPO ini, perseroan berpotensi meraih dana segar senilai Rp 18,34 triliun.

Direktur Utama Telkom Ririek Ardiansyah mengungkapkan, pelepasan saham MTEL berpotensi mendongkrak valuasi induk usaha. Selain itu, valuasi Mitratel diperkirakan bakal meningkat secara signifikan pasca-go public.

"Itu yang kami harapkan dan jadi motif utama kami untuk meng-IPO-kan Mitratel," ujarnya, dalam rapat dengar pendapat di Komisi VI DPR, Rabu pekan lalu (10/11).

Lebih jauh Ririek menambahkan, Mitratel mengantongi kontrak backlog sewa menara telekomunikasi sekitar Rp30,7 triliun hingga 2030. Nilai kontrak ini menjadi modal kinerja perseroan menuju go public.

Secara terpisah, parlemen turut mendukung langkah IPO BUMN. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Aria Bima optimistis, IPO Mitratel akan direspons positif oleh investor, hal ini mengingat bisnis infrastruktur telekomunikasi sangat prospektif.

"Saya optimistis IPO masih sangat diminati pasar mengingat bisnis tower saat ini sangat relevan dengan kemajuan era digital," ujar Aria.

Diharapkan dengan adanya IPO ini, kata dia, program pemerintah soal pemerataan akses komunikasi dapat terjangkau, terutama di daerah Terluar, Terdepan, Tertinggal (3T) tidak hanya Jawa sentris yang hanya bersifat profit oriented tapi bisa dijangkau oleh masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Gde Sumarjaya Linggih menilai, IPO merupakan langkah terbaik dalam mengembangkan kemampuan daya saing bisnis Mitratel, baik di tingkat regional maupun global.

"Tentu ini mesti kita berikan dukungan karena tujuan IPO itu sendiri saya yakin untuk kepentingan bangsa dan negara. Juga meningkatkan daya saing di tingkat regional maupun global IPO ini," ujarnya.

Menurutnya, infrastruktur telekomunikasi masih sangat dibutuhkan di era serba digital saat ini. Tentu saja ini merupakan peluang jangka panjang yang mesti dipikirkan sedari awal termasuk langkah IPO.

Sementara itu, perusahaan pengembang properti Adhi Commuter Properti berencana IPO dengan jumlah saham yang akan ditawarkan sebanyak-banyaknya 8.011.204.500 atau setara dengan 28,6% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh perusahaan setelah penawaran umum.

Mengacu pada prospektusnya, saham ini ditawarkan dengan kisaran harga Rp 130-Rp200 per saham. Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan dana segar dari penawaran saham ini senilai Rp 1,04 hingga Rp 1,60 triliun

Data BEI mencatat, BUMN terakhir yang IPO yakni PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR) pada 28 Juni 2013, setelah itu ada tiga anak usaha BUMN yang listing di 2018 yakni PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) dan PT Phapros Tbk (PEHA).


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bak Analis Saham di Bursa, DPR Soroti Valuasi IPO Mitratel!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular